Liputan6.com, Jakarta - ‎PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) mengungkapkan ada banyak faktor penyebab penundaan penerbangan (delay). Faktor yang menjadi penyebab delay tersebut ada yang bisa dikontrol, tetapi ada juga ada yang tak bisa dikontrol.Â
"Dalam delay code IATA ada banyak item. Ada yang controllable, tapi juga ada yang tidak. Artinya, banyak penyebab delay itu. IATA sudah memiliki standarnya," ucap Direktur Utama Lion Air‎ Edward Sirait, di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (2/8/2016).
Untuk delay yang terjadi kepada Lion Air biasanya disebabkan oleh masalah yang masih terkontrol. Masalah tersebut seperti penumpang yang terlambat check-in. Namun, pernah juga Lion Air mengalami delay karena faktor yang tidak bisa dikontrol, seperti cuaca yang buruk, sehingga membuat pesawat menunda penerbangan atau pesawat tidak bisa mendarat dan harus mendarat di bandara lain.
Advertisement
Baca Juga
"Saya tidak bisa detilkan. Operasional ini sangat dinamis. Jadi bisa saja tiba-tiba karena beberapa pesawat alami penerbangan dan dia tidak bisa landing dan harus divert. Nah, karena rute terusan maka akan delay bisa panjang," tuturnya.
Edward mengungkapkan, karena waktu pendaratan molor, maka akan memakan waktu kerja pilot dan kru pesawat, sementara jam kerja, untuk menjaga keamanan, tidak bisa memaksa kembali melakukan penerbangan. Karena itu, harus ada pergantian kru pesawat, dalam pergantian kru tersebut membutuhkan persiapan.
"Jadi gini, kalau penerbangan kan ada limitasi. Kalau pilot itu maksimum berapa kali landing, berapa jam kerja, berapa jam penerbangan. Kalau dia kena delay kan jam kerja dia tidak bisa kita paksa. kalau kita paksa malah tidak aman. Jadi harus diganti. Karena delay panjang harus kami ganti krunya," kata dia.Â
Menurut Edward, Indonesia memiliki tiga perbedaan waktu berdasarkan wilayah, dengan kondisi bandara yang berbeda. Biasanya jika terjadi kendala di tengah penerbangan, hal tersebut juga menjadi penyebab delay.
"Kalau kita berangkat dari Jakarta jam lima, itu di Papua sudah jam tujuh. Itu konektivitas harus dijaga. Sedangkan pesawat kan bergerak. Di dalam perjalanan bisa terjadi sesuatu? Ini yang coba kami hindari. Walaupun kami sudah usaha adakan pesawat cadangan di daerah. Namun tidak bisa kurangi," kata Edward. (Pew/Gdn)