Harga Emas Terdongkrak Ketidakpastian Politik AS

Di awal perdagangan sebenarnya harga emas cukup tertekan karena adanya data yang menunjukkan bahwa perekonomian AS telah tumbuh.

oleh Arthur Gideon diperbarui 29 Okt 2016, 07:00 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2016, 07:00 WIB
Harga emas untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,6 persen.
Harga emas untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,6 persen.

Liputan6.com, New York - Harga emas mampu menguat pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas adalah ketidakpastian kondisi politik di Amerika Serikat (AS).

Mengutip Wall Street Journal, Sabtu (29/10/2016), harga emas untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,6 persen ke angka US$ 1.282,10 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange.

FBI mengatakan telah menemukan bukti baru dalam penyelidikan di surat elektronik (email) calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton dan akan meninjau bukti baru tersebut dengan penyelidikan yang telah ditutup sebelumnya.

Berita tersebut cukup mengguncang pasar saham di AS dan memberikan keuntungan kepada logam mulia. Adanya kasus tersebut mendorong harga emas karena merupakan instrumen safe haven di saat terjadi gejolak ekonomi maupun politik.

"Sesuatu seperti ini dan tepat sebelum pemilu, pasti menciptakan banyak ketidakpastian," kata broker di RJO Futures, Bob Haberkorn. Ia melanjutkan, kasus Clinton ini adalah berita segar dan emas memang sangat membutuhkan.

Di awal perdagangan sebenarnya harga emas cukup tertekan. Hal tersebut terjadi karena adanya sebuah laporan yang menunjukkan ekonomi AS pada kuartal III 2016 tumbuh pada laju tercepat dalam dua tahun terakhir.

Dengan adanya angka tersebut para pelaku pasar menduga bahwa Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) akan segera menaikkan suku bunga acuan.

Kenaikan suku bunga acuan tersebut memberikan tekanan kepada harga emas karena karena komoditas tersebut harus bersaing dengan instrumen investasi lain yang memberikan keuntungan bunga dan kenaikan harga. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya