RI dan Prancis Sepakati Kerja Sama Bangun Kota‎ Ramah Lingkungan

Perjanjian kerja sama antar kedua negara itu meliputi kenaikan kualitas pengembangan kota berkelanjutan termasuk ruang terbuka hijau.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 30 Mar 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2017, 10:00 WIB
Basuki Hadimuljono
Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Menteri Industri, Digitalisasi, dan Inovasi Perancis Cristhophe Sirugue menandatangani perjanjian kerja sama atau Memorandum of Cooperation (MoC) di bidang pembangunan kota berkelanjutan antara Indonesia dan Prancis.

Penandatanganan perjanjian yang dilaksanakan di Istana Negara tersebut disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Republik Prancis Francois Hollande. MoC ini akan menjadi dasar untuk perjanjian teknis antara ADEME (The Fench Environment and Energy Management Agency) dengan Ditjen Cipta Karya dan Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW).

"MoC yang ditandatangani tersebut diharapkan mampu menjadi sarana pertukaran informasi dan pengalaman antara kedua negara," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono dalam keterangan tertulis Kamis (30/3/2017).

Selain itu, perjanjian tersebut dapat mendukung program pembangunan kota hijau berkelanjutan yang sudah dicanangkan sejak 2014 sehingga mampu menarik minat investor dalam pengembangan kota berkelanjutan di Indonesia.

Di dalam MoC dijelaskan area kerja sama antara kedua negara meliputi peningkatan kualitas pengembangan kota berkelanjutan serta promosi dan pengembangan yang terdiri atas rencana dan desain berkelanjutan, ruang terbuka hijau, pengembangan komunitas kota, pengembangan pengolahan limbah, air bersih, green building, transportasi, dan juga sektor energi.

Selain itu, MoC tersebut juga membahas kerja sama di bidang pengairan terkait proses air siap minum dan pengembangan air sebagai sumber energi; pelibatan pihak swasta dalam setiap proyek percontohan; menganalisis dan mengelola risiko, beradaptasi dengan perubahan iklim dan mitigasi; serta topik lainnya yang berkaitan dengan pengembangan kota berkelanjutan.

Setidaknya ada enam proyek yang akan dikerjakan pasca-penandatanganan MoC tersebut. Proyek-proyek itu antara lain Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Kobema  Maluku yang akan menghabiskan anggaran sebesar US$ 74,3 juta

Kemudian ada SPAM Jatigede di Jawa Barat dengan dana sebesar US$ 167 juta, SPAM Durolis (Dumai, Rohil, Bengkalis) Maluku dengan kebutuhan dana mencapai US$ 33,4 juta, pengelolaan air limbah dengan dana mencapai US$ 975 juta, serta pengembangan kota berkelanjutan dengan dana mencapai US$ 61,1 juta.

Kelima proyek tersebut rencananya bisa diimpelementasikan pada 2018, sedangkan program revitalisasi kota berkelajutan dengan dana mencapai US$ 200 juta hingga saat ini masih dalam tahap perencanaan.

Kerja sama ini bukanlah kerja sama pertama kali bagi kedua negara. Sebelumnya, Indonesia dan Prancis juga sudah menjalin kerjasama di bidang infrastruktur, antara lain kerja sama dalam merehabilitasi saluran drainase di Banda Aceh yang dimulai sejak 5 Februari 2010 hingga 31 Maret 2014.

Rehabilitasi tersebut mencapai 150 km untuk saluran drainase utama maupun sekunder yang mencakup 80 persen kawasan perkotaan di Aceh. Dalam rehabilitasi ini, dana yang dihabiskan mencapai 36,8 juta Euro.

Sedangkan, kerja sama yang masih berjalan antara lain, pengelolaan air limbah Kota Bogor yang dimulai sejak 28 Oktober 2015 hingga 30 Juni 2017 dengan dana sebesar 205 ribu euro. Kerja sama ini meliputi rencana pengelolaan air limbah, drainase dan pengelolaan tinja di Kota Bogor. (Yas)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya