Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) menandatangani kontrak jual beli listrik swasta atau power purshase agreement (PPA) dalam pembangunan PLTGU Riau berkapasitas 275 megawatt (MW) dan PLTU Sulut-3 berkapasitas 2x50 MW.
Kepala Divisi IPP PLN Ahsin Sidqi mengatakan, secara keekonomian, PLTU Riau layak untuk dibangun mengingat perbandingan harga jual beli tenaga listrik dengan biaya pokok penyediaan (BPP) pembangkit sistem ketenagalistrikan setempat pada 2016 sekitar 64 persen. Proyek ini nantinya dapat memberikan potensi penghematan untuk PLN sekitar Rp 700 miliar per tahun.
"Ini ada selisih US$ 3,35 sen, ada saving Rp 700 miliar per tahun," ujar dia di Kantor PLN Pusat, Jakarta, Jumat (7/4/2017).
Advertisement
Penghematan serupa juga didapatkan PLN dengan pembelian listrik dari PLTU Sulut-3. Proyek ini diperkirakan akan memberikan potensi penghematan sekitar Rp 422 miliar per tahun.
Baca Juga
"Contoh, BPP Sulutenggo itu US$ 12,75 sen per kWh, ini selisihnya 4,53 sen per kWh. Kapasitasnya kan 2x50 MW jadi 100 MW, kontraknya 80 persen jadi di kali jam operasi. Jadi ada penghematan yang didapat oleh PLN akan bisa mengurangi BPP-nya," kata dia.
PLTGU Riau dibangun oleh PT Medco Ratch Power Riau. PLTGU ini merupakan proyek pembangkit listrik dengan biaya investasi sebesar US$ 300 juta yang dibangun di Pekanbaru, Riau.
Pekerjaan konstruksi termasuk pembangunan fasilitas pipa gas sepanjang 43 km dan jaringan transmisi diperkirakan memakan waktu 36 bulan dan dijadwalkan mencapai commercial operation date (COD) pada 2021.
Nantinya energi listrik yang dihasilkan setiap tahunnya sebesar 1.446 GWH. Listrik ini akan disalurkan ke sistem ketenagalistrikan Sumatera bagian tengah dan selatan melalui jaringan transmisi 150 kV (SUTT) ke GI 150 KV Tenayan dan GI 150 kV Teluk Lembu miliki PLN.
Sedangkan PLTU Sulut-3 yang akan dibangun di Minahasa Utara, Sulawesi Utara digarap oleh PT Minahasa Cahaya Lestari. Investasi pembangunan pembangkit ini mencapai US$ 215 juta untuk membangun konstruksi dan jaringan transmisi 7 kilo meter selama 39 bulan.
COD pembangkit dijadwalkan pada pertengahan 2020. Listrik dari PLTU ini akan disalurkan ke sistem kelistrikan Sulutenggo dengan jaringan 150 kV dan GI 150 kV Kema sebesar 700 GWh per tahun.
Seperti diketahui, PT Medco Ratch Power Riau merupakan perusahaan Special Purpose Company (SPC) yang dibentuk oleh Konsorsium PT Medco Power Indonesia (dengan kepemilikan saham 51 persen) dan Ratchaburi Electricity Generating Holding PCL (dengan kepemilikan saham 49 persen).
PT Minahasa Cahaya Lestari merupakan perusahaan Special Purpose Company (SPC) yang dibentuk oleh para sponsor yaitu PT Toba Bara Sejahtra Tbk. (dengan porsi saham 90 persen) melalui anak perusahaannya yaitu PT Toba Bara Energi dan Sinohydro Corporation Limited (dengan porsi saham 10 persen) yang dikhususkan untuk mengembangkan proyek PLTU Sulut-3.