Harga Pangan Melejit Jelang Puasa Bakal Dongkrak Inflasi Mei

Ekonom memprediksi inflasi Mei ini sekitar 0,3 persen atau lebih tinggi dibanding realisasi 0,09 persen di April 2017.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 02 Jun 2017, 09:30 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2017, 09:30 WIB
Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom memprediksi inflasi Mei ini sekitar 0,3 persen atau lebih tinggi dibanding realisasi 0,09 persen di April 2017. Proyeksi inflasi tersebut didorong karena kenaikan permintaan serta melambungnya harga beberapa bahan pangan menjelang bulan puasa.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede memperkirakan inflasi Mei ini tetap terkendali dan berada pada kisaran target Bank Indonesia (BI), yakni 4 plus minus 1 persen.

"Inflasi Mei diprediksi mencapai 0,37 persen (month to month/MoM) dan 4,31 persen (year on year/YoY). Sedangkan inflasi inti stabil di kisaran 3,32 persen (Yoy) dari 3,28 persen Yoy di bulan sebelumnya," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (2/6/2017).

Pendorong inflasi 0,37 persen di bulan kelima ini, Josua menjelaskan, karena gejolak harga pangan (volatile food) seiring dengan kenaikan permintaan jelang Ramadhan.

Menurutnya, beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga pada Mei, antara lain daging sapi (0,3 persen MoM); daging ayam (4,7 persen MoM); telur ayam (4,3 persen MoM), cabai merah (5,2 persen MoM), dan beras (0,3 persen MoM).

Sementara bahan pangan lain, seperti harga jual bawang merah dan cabai keriting merah cenderung turun di Mei ini.

"Selain volatile food inflation, inflasi harga diatur pemerintah (administered prices) juga menyumbang inflasi di Mei setelah penyesuaian tarif listrik 900 VA tahap III pada bulan kelima ini," Josua menerangkan.

Dihubungi terpisah, Ekonom PT Bank Mandiri Tbk, Andry Asmoro meramalkan inflasi Mei ini sekitar 0,34 persen (MoM) dengan inflasi tahunan 4,3 persen (YoY), dan inflasi inti 3,31 persen secara YoY.

"Faktor pendorong inflasi adalah kenaikan harga makanan menjelang bulan puasa. Permintaan yang meningkat sebelum jelang Ramadhan memang susah diredam, tapi kalau lihat inflasi 0,34 persen masih cukup rendah," ia menjelaskan.

Sementara itu, Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness, Eric Sugandi mengungkapkan, kenaikan tarif dasar listrik dan melejitnya harga beberapa bahan pangan di Mei mengerek inflasi, sehingga diproyeksikan inflasi Mei berada dikisaran 0,3 persen.

"Inflasi Mei proyeksinya 0,3 persen (MoM) dan 4,2 persen (YoY) karena dorongan kenaikan tarif dasar listrik dan sedikit tekanan dari permintaan menjelang puasa. Tapi puncak tekanan inflasi di puasa ada di Juni 2017," tukasnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya