Liputan6.com, Jakarta Pemerintah dan Komisi XI DPR RI dalam pembahasan awal sepakat perubahan asumsi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018.‎ Dalam pembahasan tersebut, pertumbuhan ekonomi dipatok sebesar 5,2 persen-5,6 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, angka pertumbuhan ekonomi tersebut diharap memberikan optimisme kepada pasar terhadap perekonomian Indonesia. Dengan demikian diharapkan pasar bisa merespon secara positif terkait target tersebut.
"Saya rasa tidak ada masalah berarti melihat masih dalam range terutama batas atas karena dinaikkan ke 5,6 persen. Saya rasa juga berikan esensi mengenai adanya sense of progress," ujar dia di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (13/6/2017).
Advertisement
Untuk inflasi, disepakati pada angka 2,5 persen-4,5 persen. Kemudian, nilai tukar rupiah dipatok sebesar Rp 13.300-Rp 13.500 per dolar Amerika Serikat. Sementara untuk kemiskinan, ditargetkan bisa turun menjadi 9,5 persen-10 persen.
"Kalau mau menurunkan kemiskinan di bawah 10 persen itu akan membutuhkan intervensi yang sifatnya lebih kontinyu dan sangat intensif. Oleh karena itu kita ada program-program terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan intervensi untuk masyarakat miskin itu tetap bisa dijaga baik dari sisi pendanaan maupun efektivitas," jelas dia.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi 10 persen sebenarnya berat untuk dicapai. Namun dia menilai penurunan tersebut bisa dicapai jika ada upaya serius dari pemerintah.
"K‎ami sepakat turunkan kemiskinan di bawah 10 persen agak berat. BPS mendukung angka 9 persen-10 persen," tandas dia.
Berikut asumsi makro 2018 yang disepakati pemerintah dan Komisi XI DPR RI:
1. Pertumbuhan Ekonomi 5,2 persen-5,6 persen
2. Inflasi 2,5 persen-4,5 persen
3. Nilai tukar rupiah Rp 13.300-Rp 13.500
4. Suku bunga SPN 4,8 persen-5,6 persen
5. Pengangguran 5,0 persen-5,3 persen
6. Kemiskinan 9,5 persen-10 persen
7. Gini ratio 0,38
Â