Jumlah Orang Miskin RI Bertambah, Ini Penyebabnya

Berdasarkan data BPS, upah nominal buruh tani di periode September 2016-Maret 2017 naik 2,57 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Jul 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2017, 19:00 WIB
Berdasarkan data BPS, upah nominal buruh tani di periode September 2016-Maret 2017 naik 2,57 persen.
Berdasarkan data BPS, upah nominal buruh tani di periode September 2016-Maret 2017 naik 2,57 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan jumlah penduduk orang miskin di Indonesia bertambah 6.900 orang menjadi 27,77 juta di Maret 2017 dibanding September 2016. Penyebabnya karena upah buruh tani pada periode tersebut hanya mengalami sedikit kenaikan akibat faktor musim.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengaku, kenaikan angka kemiskinan disebabkan karena intensitas hujan yang tinggi sehingga mengganggu musim panen. Kondisi ini berdampak terhadap pendapatan buruh tani di desa.

"Kemiskinan naik sedikit karena musim panen tahun ini tidak begitu bagus, banyak hujannya. Sehingga mengganggu penghasilan petani, kenaikannya (upah) sedikit," tegas Darmin saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Jakarta, Senin (17/7/2017).

Berdasarkan data BPS, upah nominal buruh tani di periode September 2016-Maret 2017 naik 2,57 persen. Upah riil buruh tani naik tipis 0,16 persen. Sedangkan upah nominal buruh bangunan di periode tersebut naik 1,51 persen, sementara upah riil-nya turun 0,72 persen.

Darmin menegaskan, kenaikan jumlah orang miskin di Indonesia pada Maret ini bukanlah masalah struktural atau bersifat mendasar, melainkan hanya terpengaruh karena musim.

"Itu mestinya bukan perubahan struktural tapi karena persoalan musim, harga, dan produksi walaupun ini (kenaikan penduduk miskin) tidak bisa dianggap remeh, tapi namanya hujan siapa yang bisa mengaturnya," jelasnya.

Pemerintah, tutur Darmin, berupaya untuk mempercepat pelaksanaan paket kebijakan pemerataan ekonomi melalui redistribusi lahan, dan lainnya. "Kebijakan pemerataan harus bisa di push. Itu kan belum jalan. Baru mulai jalan sedikit, tapi Agustus ini kita akan percepat," ia menerangkan.

Sebelumnya, Kepala BPS, Suhariyanto atau akrab disapa Kecuk mengungkapkan, jumlah penduduk miskin pada Maret 2017 sebanyak 27,77 juta orang. Sedangkan realisasi di September 2016 sebanyak 27,76 juta. Itu artinya penduduk miskin di Indonesia bertambah 6.900 ribu orang dalam kurun waktu enam bulan ini.

"Jumlah penduduk miskin pada Maret 2017 sebesar 27,77 juta orang atau meningkat 0,01 juta orang dibanding September tahun lalu yang ‎sebanyak 27,76 juta orang," kata Kecuk.

Jika dibanding Maret 2016 yang sebanyak 28,01 juta orang, jumlah orang miskin di Republik ini turun 240 ribu orang selama setahun ini. "Penurunan jumlah penduduk miskin memang relatif lebih lambat dibanding tahun-tahun sebelumnya," tegasnya.

Sementara dilihat dari tingkat penduduk miskin di Indonesia, dengan jumlah 27,77 juta orang miskin di Maret 2017, ‎persentasenya mencapai 10,64 persen atau turun 0,06 poin dibanding realisasi September tahun lalu 10,70 persen. Sedangkan di Maret 2016, tingkat penduduk miskin mencapai 10,86 persen.

Kecuk mengaku, faktor penyebab penurunan jumlah orang miskin berjalan jauh lebih lambat di Maret 2017, karena terjadi keterlambatan distribusi beras sejahtera atau dulu dikenal dengan beras untuk rakyat miskin (raskin) pada Januari-Maret 2017.

"Pada awal 2017, khususnya Januari, Februari, Maret, terjadi keterlambatan distribusi rastra. Karena kontribusi beras sangat berpengaruh besar sekali terhadap kemiskinan. Jadi kuncinya memang stabilisasi harga beras supaya tidak meningkatkan jumlah orang miskin," paparnya.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya