Ini Keuntungan RI Hapus 3 Nol di Rupiah

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) semakin mantap mengimplementasikan redenominasi atau penyederhanaan nominal rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 19 Jul 2017, 14:45 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2017, 14:45 WIB
redenominasi-130123b.jpg

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) semakin mantap mengimplementasikan redenominasi atau penyederhanaan nominal rupiah. Pemerintah menilai pemangkasan tiga nol dari Rp 1.000 menjadi Rp 1 akan sangat memudahkan masyarakat dan dalam penyusunan laporan neraca keuangan perusahaan.

"Redenominasi kegunaannya banyak," ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, usai Raker Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga RAPBN-P 2017 saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (19/7/2017).

Ia mencontohkan, dengan redenominasi, restoran atau pusat perbelanjaan akan mencantumkan harga makanan atau harga barang tanpa deretan panjang angka nol yang menyatakan satuan ribu maupun juta.

"Nanti nulisnya tidak lagi Rp 412.000, tapi cukup Rp 412. Itu maksudnya, jadi efisiensinya banyak dalam pendataan. Kalau angka(nol) berkurang tiga di rupiah, akan sangat banyak pengaruhnya, bukan cuma di perbankan, tapi di semua sektor," ujarnya.

Bagi dunia pendidikan, kata Darmin, pemotongan Rp 1.000 menjadi Rp 1 akan memudahkan anak cucu dalam menulis maupun memahami pelajaran, khususnya dalam berhitung.

"Saya mikirnya kasihan anak-anak kita. Mereka tahunya 2+2, tapi di luar makin banyak angka 15.000+2.000 misalnya. Itu kan kacau sekali. Tidak nyambung apa yang mereka hadapi dalam kehidupan, tidak sama dengan yang diajarkan di kelas. Jadi itu perlu loncatan pemikiran," ujarnya.

Menurut Darmin, redenominasi akan membuat efisiensi di segala bidang atau sektor. "Biayanya kan tidak banyak. Kalau sesuatu yang biayanya mahal dipaksakan, baru akan bermasalah. Kalau sekarang redenominasi malah efisiensi terjadi. Ada benefitnya, karena lebih efisien," ia menuturkan.

Katanya, masa transisi redenominasi pun tidak akan membutuhkan waktu 7 tahun seperti yang diperkirakan Bank Indonesia (BI). Pasalnya, redenominasi rupiah bukan lagi hal baru karena sudah didiskusikan dan dipersiapkan sekitar empat-lima tahun lalu. Darmin bilang, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menjalankan penyederhanaan nominal di rupiah.

"Saya kira tidak perlu selama itu. Mestinya sih tidak ada masalah apa-apa. Ini sesuatu yang sudah disiapkan dan dibicarakan empat-lima tahun lalu. Karena sekarang momen yang bagus, inflasinya 3-4 persen. Dulu sebenarnya inflasi sudah terkendali, tapi masih agak tinggi, 4-5 persen," tukasnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya