Dolar AS Tergelincir Rencana Reformasi Pajak AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.543 per dolar AS hingga 13.579 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Nov 2017, 12:50 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2017, 12:50 WIB
Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Kamis pekan ini. Pelemahan dolar AS ini karena adanya sentimen reformasi perpajakan AS. 

Mengutip Bloomberg, Kamis (2/11/2017) rupiah dibuka di angka 13.572 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.580 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.543 per dolar AS hingga 13.579 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah 0,62 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.562 per dolar AS. Patokan pada hari ini menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.592 per dolar AS.

Dolar AS berbalik arah melemah setelah pada perdagangan sebelumnya cukup bertenaga. Dolar AS melemah di kawasan Asia karena penundaan pembahasan mengenai rencana reformasi perpajakan AS.

Anggota Parlemen AS tengah membuat rencana untuk memotong pemasukan negara dari pajak sebesar US$ 6 triliun dalam jangka waktu 10 tahun. Namun sayangnya belum ada perincian bagaimana cara pemotongan tersebut dan bagaimana mencari dana pengganti pemasukan negara karena adanya pemotongan tersebut.

Pada perdagangan sebelumnya, dolar AS menguat karena pelaku pasar cukup yakin dengan prospek pertumbuhan ekonomi AS meskipun pada bulan ini tidak ada kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.

Pelaku pasar yakin Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga di akhir tahun ini. "Dolar AS didukung oleh pernyataan Bank Sentral AS, namun dampaknya memang terbatas karena belum ada keputusan," jelas Analis Senior Barclays, Tokyo, Jepang, Shin Kadota.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perdagangan sebelumnya

Pada perdagangan sebelumnya, rupiah sempat tertekan hingga 13.600 per dolar AS. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, ada beberapa faktor yang menjadikan rupiah melemah cukup signifikan tersebut. Pertama, secara langsung dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi AS yang lebih baik dari perkiraan. Alhasil, dolar AS menguat terhadap semua mata uang di dunia.

"Kedua adalah faktor pemilihan pimpinan The Fed. Ada dua kandidat terkuat yang menurut pasar lebih berani mengambil keputusan daripada Janet Yellen, yaitu John Taylor dan Jerome Powell," kata Perry.

Sedangkan faktor ketiga adalah rencana bergulirnya Undang-Undang Pajak oleh Presiden AS Donald Trump. Dalam UU ini nantinya akan ada stimulus pajak di beberapa sektor yang secara langsung akan mempercepat pemulihan ekonomi AS.

Hanya saja, Perry memastikan, apa pun yang terjadi dengan sentimen global tersebut, Bank Indonesia tetap menjalankan fungsinya untuk menjaga rupiah lebih stabil. Maka dari itu, belakangan ini BI telah melakukan intervensi di pasar valas.

"Tidak hanya melakukan intervensi di pasar valas, tapi kita juga mulai melakukan pembelian SBN di pasar sekunder," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya