Tomorrow is Today, Rhenald Kasali Ajak Melihat Era Baru

Rhenald Kasali menjelaskan, perubahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Namun, terjadi secara global.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 08 Nov 2017, 21:13 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2017, 21:13 WIB
Rhenald Kasali meluncurkan buku Tomorrow is Today di Periplus Pondok Indah Mall Jakarta, Rabu (8/11/2017).(Liputan6.com/Achmad Dwi Apriyadi)
Rhenald Kasali meluncurkan buku Tomorrow is Today di Periplus Pondok Indah Mall Jakarta, Rabu (8/11/2017).(Liputan6.com/Achmad Dwi Apriyadi)

Liputan6.com, Jakarta Inovasi saja rasanya tidak cukup bagi pelaku usaha untuk bertahan dalam dunia bisnis. Lantaran, banyak perusahaan-perusahaan telah melakukan inovasi tapi tetap bisa tumbang.

Dunia telah masuk ke era baru, yakni disruption yang disebabkan oleh teknologi. Sebab itu, inovasi yang diperlukan tidak hanya mengubah bentuk, ukuran, atau desain, tetapi menyeluruh, baik metode, cara kerja, bahkan produk yang tidak lagi relevan.

Demikian buah pikiran Rhenald Kasali dalam bukunya Tomorrow is Today yang diluncurkan hari ini, di Periplus Pondok Indah Mall Jakarta, Rabu (8/11/2017).

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu mencontohkan, hal tersebut terlihat di sektor ritel. Sepinya toko-toko ritel bukan terkait masalah daya beli, melainkan terjadi pergeseran dari offline menuju online.

Dalam bukunya, Rhenald mengatakan, ingin menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi saat ini. "Jadi saya ingin menunjukkan, bagi saya enggak penting percaya atau tidak terjadi disruption. Tapi ini terjadi lho. Sejumlah orang percaya dengan itu, mereka selamat terhadap perubahan ini," kata dia.

Dia menjelaskan, perubahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Namun, terjadi secara global. Dengan buku ini, Rhenald ingin mengajak pembaca melihat dunia dengan cara berpikir baru.

"Hari ini sudah ada aplikasi sehingga perubahan sangat cepat. Sehingga apa pun yang terjadi di Amerika, di Hong Kong, Malaysia, terjadi di Indonesia. Terus kita memakai cara berpikir lama. Jangan masukin cara berpikir lama ini kepada orang-orang muda. Sehingga orang muda keracunan cara berpikirnya sehingga melihat dunia itu seperti kemarin," jelas dia.

Menurut Rhenald, perlu cara berpikir baru supaya bisa bertahan pada era disruption.

"Perlu membawa ilmu-ilmu baru sehingga terjadi perubahan. Universitas dari 30 tahun yang lalu waktu saya kuliah, namanya jurusan tetap sama, enggak ada baru. Mata kuliah, itu terjadi sekali dua kali kalau pulang luar negeri kita berani dobrak kacamata baru. Di dunia ini di Singapura, Malaysia, di mana pun itu sudah banyak jurusan baru. Tapi fakultas masih membuat sama," tandas dia.

Tonton Video Pilihan Ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya