Penurunan Kemiskinan Lambat, Sri Mulyani Waspadai Penyelewengan

Dari Rp 2.220 triliun anggaran belanja pemerintah, ‎sebesar Rp 60 triliun dibelanjakan lewat pemerintah daerah melalui Dana Alokasi Umum.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Nov 2017, 14:30 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2017, 14:30 WIB
20161031-Penduduk-Indonesia-Jakarta-IA
Deretan rumah semi permanen di bantaran Sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta (31/10). Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini terdapat 13,5 juta penduduk Indonesia yang hidup miskin di lingkungan kumuh. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, pemerintah telah menggelontorkan dana cukup besar untuk mengurangi angka kemiskinan. Namun sayangnya, hingga saat ini angka penurunan kemiskinan tidak terlalu signifikan. Oleh karena itu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menduga bahwa ada indikasi terjadi penyimpanan penyaluran dana‎ untuk masyarakat.

Sri Mulyani mengatakan, pemerintah telah memberikan alokasi besar untuk pengentasan kemiskinan. Dari Rp 2.220 triliun anggaran belanja pemerintah, ‎sebesar Rp 60 triliun dibelanjakan lewat pemerintah daerah melalui Dana Alokasi Umum (DAU). Selain itu juga ada Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp 70 triliun.

"Belanja pemerintah yang cukup besar yaitu Rp 2.220 triliun, sebagian dibelanjakan lewat pemerintah daerah,"‎ kata Sri Mulyani, di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (17/11/2017).

Sri Mulyani melanjutkan, di luar belanja daerah tersebut terdapat juga alokasi dana Rp 100 triliun untuk dinikmati langsung oleh masyarakat melalui berbagai subsidi. 

Dana-dana tersebut bertujuan untuk pengentasan kemiskinan. "Dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) langsung ke bawah dinikmati masyarakat cukup besar,‎" ujarnya.

Karena itu, menurut Sri Mulyani, jika kemiskinan tidak dapat menurun dengan cepat, maka perlu diwaspadai, karena ada indikasi penyaluran dana tersebut tidak sesuai.

"Untuk itu jika penurunan tidak cepat harus waspada, jangan-jangan tidak dinikmati masyarakat," ungkapnya.

Saat ini penurunan kemiskinan masih belum terlalu cepat. Tercatat, angka kemiskinan Indonesia di level 10,9 persen. ‎Dia berharap, dalam dua tahun ke depan, kemiskinan menurun menjadi 9,6 sampai 10 persen.

‎"Kita mengharapkan kemiskinan turun jadi single digit, atau 9,5 sampai 10," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pujian Bank Dunia

Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memuji kemampuan Pemerintah Indonesia untuk menurunkan angka kemiskinan. Maka tak heran jika Indonesia sering menjadi percontohan bagi negara lain.

World Bank Group Vice President and Corporate Secretary, Yvonne Tsikata, mengaku kagum angka kemiskinan di Indonesia turun drastis dalam satu dekade belakangan. Sayang, Yvonne tak merinci penurunan angka yang dimaksudnya dalam satu dekade tersebut.

"Dalam satu dekade, kemiskinan turun lebih setengahnya di sini, meski masih banyak yang perlu dibenahi. Ini capaian luar biasa," ucap Yvonne di sela Rapat Koordinasi Panitia Nasional Persiapan Pertemuan Tahunan International Monetary Found-World Bank Group Tahun 2018 di Nusa Dua, Jumat (25/8/2017).

Atas capaian itu, wajar jika dunia paling sering membahas kinerja Pemerintah Indonesia dalam menekan angka kemiskinan. Juga, bagaimana Indonesia melakukan pembangunan yang cukup pesat di kawasan juga menjadi bagian hal yang paling sering didiskusikan. "Cerita pembangunan Indonesia dan kawasan sangat menonjol," paparnya.

Menurutnya, hal wajar apabila Indonesia dijadikan proyek percontohan bagi rencana pembangunan yang seiring dengan pengentasan kemiskinan. Atas hal itu, Yvonne menilai, banyak hal yang perlu dipelajari oleh negara lain dari Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya