Bank Dunia Puji Kemampuan RI Turunkan Angka Kemiskinan

Indonesia dijadikan proyek percontohan bagi rencana pembangunan yang seiring dengan keberhasilan pengentasan kemiskinan.

oleh Dewi Divianta diperbarui 26 Agu 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2017, 13:30 WIB
Bank Dunia (World Bank).
Bank Dunia (World Bank). (Foto: Reuters)

Liputan6.com, Nusa Dua - Bank Dunia (World Bank) memuji kemampuan Pemerintah Indonesia untuk menurunkan angka kemiskinan. Maka tak heran jika Indonesia sering menjadi percontohan bagi negara lain. 

World Bank Group Vice President and Corporate Secretary, Yvonne Tsikata, mengaku kagum angka kemiskinan di Indonesia turun drastis dalam satu dekade belakangan. Sayang, Yvonne tak merinci penurunan angka yang dimaksudnya dalam satu dekade tersebut.

"Dalam satu dekade kemiskinan turun lebih setengahnya di sini, meski masih banyak yang perlu dibenahi. Ini capaian luar biasa," ucap Yvonne di sela Rapat Koordinasi Panitia Nasional Persiapan Pertemuan Tahunan International Monetary Found-World Bank Group Tahun 2018 di Nusa Dua, Jumat (25/8/2017).

Atas capaian itu wajar jika dunia paling sering membahas kinerja Pemerintah Indonesia dalam menekan angka kemiskinan. Juga, bagaimana Indonesia melakukan pembangunan yang cukup pesat di kawasan juga menjadi bagian hal yang paling sering didiskusikan. "Cerita pembangunan Indonesia dan kawasan sangat menonjol," paparnya.

Menurutnya hal wajar apabila Indonesia dijadikan proyek percontohan bagi rencana pembangunan yang seiring dengan pengentasan kemiskinan. Atas hal itu, Yvonne menilai banyak hal yang perlu dipelajari oleh negara lain dari Indonesia.

Pada saat sama, Yvonne mengatakan jika Indonesia masih sangat berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakatnya menjadi lebih tinggi. Ia melihat kinerja Pemerintah Indonesia yang mengarah ke situ. Selain itu, terdapat unsur-unsur di mana cita-cita itu bisa terealisasi.

Di sisi lain, Yvonne yakin pertemuan IMF-World Bank Group yang akan digelar Oktober 2018 sangat penting bagi pembangunan dunia. Pertemuan itu merupakan kesempatan untuk mendiskusikan berbagai hal penting seperti pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dan lain sebagainya.

"Pertemuan ini juga merupakan hal sangat prestisius bagi Indonesia. Capaian penting keberhasilan Indonesia harus disampaikan pada forum ini," kata dia.

Pertemuan itu juga akan membawa dampak signifikan bagi industri pariwisata Indonesia. Biasanya, kata Yvonne, para delegasi akan memilih datang lebih cepat dari jadwal acara.

Pilihan lainnya adalah tiba tepat waktu, namun memperpanjang masa tinggalnya. "Sepanjang pengalaman yang saya ketahui akan banyak yang seperti itu. Tentu saja hal itu dilakukan untuk menikmati keindahan alam dan budaya Indonesia," ujar dia.

Dengan begitu, acara ini tak hanya sebatas acara sekali waktu yang langsung selesai. Bagi mereka yang baru pertama kali ke Indonesia dan terpikat dengan budaya dan keindahan alamnya, pasti akan menjadwalkan untuk datang kembali ke negeri ini.

Di tempat yang sama, IMF Secretary, Jianhai Lin menuturkan, mata dunia akan tertuju kepada Indonesia selama perhelatan itu berlangsung. Saat itu, ia melanjutkan, tengah menjadi pembicaraan serius di Indonesia bagaimana ekonomi global dibahas, pembangunan berkelanjutan serta berbagai isu lainnya yang dibahas pada forum ini.

"Ini kesempatan unik bagi Indonesia untuk memaparkan apa yang mereka miliki. Bali memiliki fasilitas konferensi berkelas internasional dengan bandara dan sistem keamanan yang sangat baik. Saya percaya para delegasi akan mengingat Bali dan kembali ke Indonesia di masa berikutnya," katanya.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Kemiskinan dan pengangguran

Dalam pidato Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Nota Keuangan 2018 di Gedung MPR/DPR pada pekan lalu Presiden Joko widodo (Jokowi) menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat terus meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah orang miskin yang terus menurun.

Jokowi menyebut, pada Maret 2015 jumlah orang miskin terhitung 28,59 juta orang. Sementara di Maret 2017 jumlah tersebut menurun menjadi 27,77 juta orang.

"Dengan tantangan tersebut, Pemerintah akan terus berupaya maksimal untuk mengakselerasi penurunan jumlah penduduk miskin melalui berbagai inovasi program pengentasan kemiskinan dan perlindungan sosial," tuturnya.

Lebih lanjut, Jokowi juga menggarisbawahi angka ketimpangan antara si kaya dan si miskin yang mengalami penurunan. Indeks Rasio Gini yang sebelumnya berada di angka 0,408 pada Maret 2015 menurun menjadi 0,393 pada Maret 2017. Tingkat pengangguran juga berhasil ditekan.

"Selain itu, tingkat pengangguran juga mengalami penurunan dari sebelumnya sebesar 5,81 persen pada Februari 2015 menjadi 5,33 persen pada Februari 2017," ujarnya.

Jokowi mengungkapkan, hal ini bisa dicapai akibat adanya perbaikan di bidang Belanja Pemerintah Pusat. Anggaran banyak disalurkan sebagai pendanaan program-program prioritas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya