Sederet Biangkerok Penipuan Sektor Keuangan Makin Marak di RI

Ekonom menyoroti rendahnya literasi keuangan sebagai salah satu penyebab utama maraknya penipuan di sektor keuangan Indonesia.

oleh Tira Santia diperbarui 26 Nov 2024, 19:45 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2024, 19:45 WIB
Banner Infografis Pinjol Ilegal Bikin Resah dan Cara Hindari Jeratan
Banner Infografis Pinjol Ilegal Bikin Resah dan Cara Hindari Jeratan (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Abdul Manap, menyoroti rendahnya literasi keuangan sebagai salah satu penyebab utama maraknya penipuan di sektor keuangan Indonesia. 

Ia menilai karakter masyarakat yang cenderung ingin cepat kaya tanpa memahami risiko investasi ilegal menjadi celah bagi pelaku penipuan.

"Banyak orang ingin cepat kaya tanpa memperhatikan apakah investasinya legal atau diawasi regulator. Inilah pentingnya meningkatkan kesadaran tentang literasi keuangan," ujar Abdul Manap kepada Liputan6.com, Selasa (26/11/2024).

Kesadaran Investasi yang Aman Masih Rendah

Abdul Manap menjelaskan bahwa literasi keuangan yang baik adalah kunci untuk menghindari kerugian akibat investasi ilegal. Namun, sering kali modus penipuan berkembang lebih cepat dibandingkan kemampuan regulator untuk mengawasi dan menindak.

"Penipuan biasanya muncul lebih cepat daripada kemampuan regulator untuk mengatur. Regulator sering baru bertindak setelah korban muncul," jelasnya.

Tantangan dalam Meningkatkan Literasi Keuangan

Salah satu tantangan besar dalam meningkatkan literasi keuangan, menurut Abdul Manap, adalah rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terutama di sektor informal. Data menunjukkan bahwa hampir 55% tenaga kerja Indonesia hanya memiliki pendidikan setingkat SMP atau lebih rendah, sehingga pemahaman mereka terhadap investasi yang aman masih terbatas.

"Pendidikan formal di kampus sudah cukup baik dalam memberikan pemahaman tentang sektor keuangan. Namun, sebagian besar tenaga kerja kita berada di sektor informal yang belum tersentuh edukasi keuangan yang efektif," tambahnya.

 

Fokus pada Sektor Informal

Ilustrasi Pinjaman Online alias Pinjol. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)
Ilustrasi Pinjaman Online alias Pinjol. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Sektor informal, yang mencakup hampir 60% angkatan kerja Indonesia, menjadi kelompok paling rentan terhadap penipuan.

Abdul Manap menilai bahwa program literasi keuangan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selama ini masih lebih banyak menyasar sektor formal, seperti pendidikan di kampus dan pelatihan bagi pekerja yang sudah memiliki pemahaman dasar tentang keuangan.

"OJK perlu memperluas cakupan literasi keuangan ke sektor informal. Kelompok ini justru yang paling membutuhkan edukasi tentang investasi aman," tegasnya.

Rekomendasi untuk Perluasan Program Literasi Keuangan

Agar lebih efektif, Abdul Manap merekomendasikan OJK dan lembaga terkait untuk meningkatkan cakupan edukasi keuangan ke daerah-daerah yang didominasi sektor informal. Edukasi berbasis komunitas, pelatihan kewirausahaan, dan pendekatan digital dapat menjadi strategi untuk menjangkau kelompok yang lebih luas.

"Fokus literasi keuangan harus diarahkan kepada mereka yang bekerja di sektor informal. Dengan begitu, risiko penipuan dapat ditekan," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya