Liputan6.com, Jakarta - Mata uang digital bitcoin terus menanjak. Bahkan, bitcoin sempat sentuh level tertinggi pada perdagangan Rabu pagi waktu Asia.
Mengutip laman CNBC, Rabu (6/12/2017), bitcoin sempat sentuh level US$ 12.198 atau sekitar Rp 165,10 juta (asumsi kurs Rp 13.535 per dolar Amerika Serikat). Aset bitcoin sempat berada di level US$ 5.000 pada Oktober kemudian menyentuh US$ 11.000 untuk pertama kali berdasarkan data CoinDesk.
Dengan lonjakan itu, mata uang digital tersebut memiliki nilai pasar sekitar US$ 203 miliar. Angka ini lebih dari dua kali kapitalisasi pasar Goldmand Sachs.
Advertisement
Baca Juga
Kenaikan nilai bitcoin tersebut menimbulkan banyak kritik dari sejumlah tokoh di bidang keuangan dan ekonomi. Salah satunya Stephen Roach, Ekonom Senior Universitas Yale. Dia sangat skeptis terhadap investasi pada bitcoin.
"Ini adalah konsep yang beracun bagi investor. Ini gelembung spekulatif berbahaya," ujar Roach.
"Saya belum pernah melihat grafik saat harganya memiliki pola vertikal itu. Bitcoin merupakan pola paling vertikal yang pernah saya lihat dalam karier saya," tambah dia.
Akan tetapi, ada sejumlah elemen di pasar keuangan yang menerima aset mata uang digital baru. Salah satunya bursa berjangka di Amerika Serikat (AS) yang melegitimasi investasi mata uang digital tersebut..
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Pemenang Nobel Ekonomi Ini Angkat Bicara soal Bitcoin
Sebelumnya, lonjakan nilai bitcoin menarik perhatian. Bahkan, sejumlah ahli masing-masing mengungkapkan pandangannya mengenai mata uang digital tersebut.
Salah satunya pemenang nobel ekonomi sekaligus ekonom, Joseph Stiglitz. Ia berbagi pandangannya mengenai mata uang digital tersebut. Dalam wawancara dengan Bloomberg, Stiglitz bukan seseorang yang menyukai bitcoin.
Ia berpendapat, bitcoin dapat sukses karena ada potensi penguatan secara siklus. Apalagi, bitcoin juga tidak diawasi pemerintah. "Ini seharusnya dilarang karena fungsinya tidak bermanfaat secara sosial," ujar dia, seperti dikutip dari laman Fortune, Sabtu, 2 Desember 2017.
Bitcoin memang mengalami euforia dalam beberapa pekan terakhir. Pada Rabu, 29 November, nilai bitcoin mencapai US$ 11.000. Stiglitz menilai, meski pertumbuhan mata uang digital cepat, bitcoin lama-kelamaan akan seperti "gelembung" dan menunggu waktu untuk pecah.
"Ini memberikan waktu kepada orang saat nilai bitcoin naik dan kemudian turun," kata dia.
Ia mencatat kalau lonjakan nilai bitcoin saat ini berasal dari harapan nilainya akan terus naik pada masa mendatang. Namun, ketidakpastian itu juga dikombinasikan dengan pemerintah yang dapat menekannya setiap saat. Hal ini juga menunjukkan apa yang dikatakan Stiglitz ada benarnya. Nilai bitcoin turun 20 persen usai memecahkan rekor sepanjang masa pada Rabu.
Advertisement