Winklevoss Bersaudara Jadi Miliarder Bitcoin Pertama di Dunia

Miliarder bitcoin pertama di dunia, Winklevoss bersaudara pernah dikenal publik karena sempat menggugat pendiri Facebook Mark Zuckerberg.

oleh Irma Garnesia diperbarui 05 Des 2017, 21:10 WIB
Diterbitkan 05 Des 2017, 21:10 WIB
Bitcoin
Ilustrasi bitcoin (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Nilai Bitcoin berhasil mencapai level tertinggi barunya pada Minggu, ke posisi US$ 11.826,76 per koin setara Rp 159,9 juta (US$ 1=Rp 13.524). Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah panjang keberadaan Bitcoin.

Mengutip Telegraph, Selasa (5/12/2017), lonjakan nilai mata uang digital ini telah melahirkan miliarder pertamanya. Mereka adalah Cameron dan Tyler Winklevoss.

Keduanya pernah dikenal publik karena sempat menggugat pendiri Facebook Mark Zuckerberg pada 2008, atas klaim jika Zuckerberg mencuri ide jejaring sosial mereka. Dari gugatan ini, keduanya mendapatkan US$ 65 juta atau Rp 879,1 miliar.

Pada 2013, saudara kembar ini sempat mengatakan kepada New York Times bahwa mereka memiliki Bitcoin dengan nilai lebih dari US$ 11 juta setara Rp 148,7 milair. Hal tersebut membuat mereka terkenal dengan keberanian mengungkapkan jumlah investasi yang dimilikinya dalam aset spekulatif.

Bitcoin memang telah berkembang sangat pesat. Menurut laporan Fortune, saat Winklevosses pertama kali berinvestasi, cryptocurrency ini hanya bernilai US$ 120 atau setara Rp 1,62 juta per koin, jauh berbeda dari nilai saat ini yang mencapai US$ 11.000 per koin. Artinya terjadi kenaikan hingga 9.000 persen.

Terlepas dari kontroversi seputar investasi jangka panjang pada Bitcoin, Winklevosses bersaudara mengatakan bahwa mereka berkomitmen terhadap bisnis mata uang digital ini.

"Kami tidak akan menjual Bitcoin, kami akan melakukan investasi jangka panjang," jelas Cameron kepada CNN Money pada 2015.

"Jika saat ini Bitcoin dipandang sebagai sesuatu yang lebih baik daripada emas, atau aset seperti emas, maka ia bisa dimiliki oleh para miliarder dalam kapitalisasi pasar. Kami yakin ini adalah kemungkinan yang sangat nyata," ujar Tyler kepada CNN Money.

Namun, miliarder baru ini masih harus menempuh perjalanan yang panjang untuk bisa menyaingi pesaing lama mereka. Pada Senin kemarin, Zuckerberg, masuk sebagai salah satu orang terkaya di dunia, dengan nilai kekayaan mencapai US$ 72,2 miliar atau setara Rp 976,5 triliun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Masa Depan Bitcoin di RI

Mata uang digital (criptocurrency) seperti bitcoin makin menarik perhatian. Apalagi nilai bitcoin mencapai level tertinggi US$ 11.000 atau sekitar Rp 148,66 juta (asumsi kurs Rp 13.515 per dolar Amerika Serikat) pada akhir November 2017. Lalu bagaimana perkembangan bitcoin di Indonesia?

CEO Bitcoin Indonesia, Oscar Darmawan menuturkan, bitcoin makin berkembang di Indonesia, meski tidak terlalu signifikan dibanding Jepang dan Eropa. Perkembangan bitcoin di Indonesia, menurut Oscar, didukung oleh anak muda Indonesia yang makin terbuka dengan teknologi. Apalagi mata uang digital bitcoin ini juga memiliki teknologi blockchain yang berkembang baik.

"Anak muda Indonesia lebih banyak dan pintar. Mau terbuka dengan teknologi. Nah teknologi di belakang bitcoin itu ada blockhain yang berkembang baik. Yang paham teknologi baru mengerti mengapa nilai bitcoin naik," jelas Oscar saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Selasa (5/12/2017).

Akan tetapi, Oscar mengakui meski bitcoin berkembang di Indonesia, banyak pula orang belum memahami bitcoin dan teknologi blockchain yang berada di belakangnya.

"Cara kerja blockchain belum dipahami secara benar. Karena itu, ada bilang bitcoin itu seperti mlm (multilevel marketing), investasi bodong, ini mereka tidak pahami. Ini ibarat seperti Indonesia baru mengenal internet pada 1990-an," kata Oscar.

Ia menambahkan, pihaknya menaungi perusahaan bitcoin Indonesia juga dinilai sebagai pengelola bitcoin. Padahal menurut dia, bitcoin Indonesia hanya mempertemukan penjual dan pembeli. Kini anggotanya di bitcoin Indonesia mencapai sekitar 600 ribu. "Kami ini seperti marketplace mempertemukan penjual dan pembeli," kata Oscar.

Selain itu, Oscar menambahkan, bitcoin memang belum dapat dibilang sebagai alat pembayaran di Indonesia. Oscar menuturkan, penggunaan bitcoin sebagian besar di Indonesia dipakai untuk spekulasi. "Bitcoin seperti emas digital," tutur Oscar.

Meski demikian, Oscar optimistis bitcoin berpotensi besar berkembang di Indonesia. Oscar menuturkan, kalau negara lain, yaitu Jepang dan Eropa, bitcoin sudah diterima jadi alat pembayaran. Di Amerika Serikat, bursa berjangka di Chicago akan memasukkan bitcoin dalam transaksi perdagangan. Demikian juga rencananya di bursa Nasdaq.

Oscar menambahkan, perkembangan bitcoin pesat di luar negeri juga didukung perkembangan teknologinya signifikan, ditambah ada regulasinya. Bahkan menurut Oscar, bitcoin juga dianggap sebagai aset safe haven di Jepang. Oscar menuturkan, mata uang virtual seperti bitcoin juga dapat dilacak. Ini menjadi salah satu kelebihan dari bitcoin.

"Di Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa teknologinya sudah lebih dewasa. Perkembangan mata uang digital sudah pesat. Bitcoin masuk mata uang digital juga semakin massif karena regulasi di sana juga memungkinkan," jelas Oscar.

Terkait nilai bitcoin semakin melonjak, Oscar menilai hal itu berkaitan dengan permintaan dan penawaran. Pergerakan nilai bitcoin itu juga berdasarkan kondisi pasar. "Apalagi bursa future di Amerika Serikat juga buka perdagangan untuk bitcoin," ujar Oscar.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya