Pemenang Nobel Ekonomi Ini Angkat Bicara soal Bitcoin

Lonjakan bitcoin hingga sentuh level tertinggi menjadi perhatian sejumlah pelaku pasar dan ekonom.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Des 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 02 Des 2017, 12:00 WIB
Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan nilai bitcoin menarik perhatian. Bahkan sejumlah ahli masing-masing mengungkapkan pandangannya mengenai mata uang digital tersebut.

Salah satunya pemenang nobel ekonomi sekaligus ekonom Joseph Stiglitz. Ia berbagi pandangannya mengenai mata uang digital tersebut. Dalam wawancara dengan Bloomberg, Stiglitz bukan seseorang yang menyukai bitcoin.

Ia berpendapat, bitcoin dapat sukses karena ada potensi penguatan secara siklus. Apalagi, bitcoin juga tidak diawasi pemerintah. "Ini seharusnya dilarang karena fungsinya tidak bermanfaat secara sosial," ujar dia seperti dikutip dari laman Fortune, Sabtu (2/12/2017).

Bitcoin memang mengalami euforia dalam beberapa pekan terakhir. Pada Rabu 29 November, nilai bitcoin mencapai US$ 11.000. Stiglitz menilai meski pertumbuhan mata uang digital cepat, bitcoin lama-kelamaan akan seperti "gelembung" dan menunggu waktu untuk pecah.

"Ini memberikan waktu kepada orang saat nilai bitcoin naik dan kemudian turun," kata dia.

Ia mencatat kalau lonjakan nilai bitcoin saat ini berasal dari harapan nilainya akan terus naik di masa mendatang. Namun, ketidakpastian itu juga dikombinasikan dengan pemerintah yang dapat menekannya setiap saat.  Hal ini juga menunjukkan apa yang dikatakan Stiglitz ada benarnya. Nilai bitcoin turun 20 persen usai memecahkan rekor sepanjang masa pada Rabu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

BI Ingatkan Bitcoin Bukan Alat Pembayaran yang Sah

Bank Indonesia (BI) menegaskan jika bitcoin bukan merupakan alat pembayaran yang sah. Masyarakat diminta untuk berhati-hati jika menggunakan mata uang virtual ini.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pihaknya sebagai otoritas mata uang di Indonesia telah menyatakan jika bitcoin tak masuk dalam kategori alat pembayaran yang sah. Oleh karena itu, penggunaannya diawasi secara ketat.

"Itu bukan alat pembayaran. Kalau mau nanya tentang bitcoin perlu memahami posisi dari otoritas adalah mengarahkan itu bukan alat pembayaran yang sah," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Jumat 1 Desember 2017.

Agus menyatakan, penggunaan bitcoin juga akan menimbulkan risiko bagi masyarakat. Karena itu, BI mengimbau masyarakat untuk menggunakan mata uang diakui oleh BI dan pemerintah.

"Saya mau menyampaikan, itu bukanlah alat pembayaran yang sah. Jadi semua yang akan mau menggunakan bitcoin itu ada risikonya ya," tandas dia.

Diberitakan sebelumnya, bitcoin capai level tertinggi US$ 11.000. Usai sentuh level tertinggi US$ 11.388,33, bitcoin tergelincir 18 persen menjadi US$ 9.290,30 pada Rabu 29 November 2017.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya