Pertamina Operasikan PLTP Lumut Balai pada 2018

Pertamina menyatakan PLTP Lumut Balai unit 1 berkapasitas 55 MW yang ditargetkan operasi Oktober 2018.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 13 Des 2017, 15:47 WIB
Diterbitkan 13 Des 2017, 15:47 WIB
20160330- Progres Pembangun PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso-Sulut-Faizal fanani
Suasana pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3/2016). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi baru terbarukan yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) akan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 1 di Muara Enim, Sumatera Selatan pada 2018

Direktur Utama‎ PGE Irfan Zainuddin mengatakan, PLTP Lumut Balai unit 1 berkapasitas 55 Mega Watt (MW), ditargetkan beroperasi pada Oktober 2018. Setelah unit 1 beroperasi, akan disusul unit 2 dengan kapasitas yang sama pada 2019.

"2018, yang sudah bakal Commercial Operating Date (COD) itu di Lumut Balai yang jumlahnya 55 MW," kata Irfan, saat menghadiri Pertamina Energy Forum, di Kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa (13/12/2017).

Irfan menuturkan, saat ini PLTB Lumut Balai sedang dalam proses pembangunan, beroperasinya proyek tersebut akan menambah ‎pasokan listrik dari energi panas bumi.

"Target kita akan nambah satu dari proyek yang kita kerjakan saat ini yaitu di Lumut Balai. Sekarang sedang EPC. Kita harapkan commissioning Oktober 2018," tutur Irfan.

Pembangunan pembangkit listrik panas bumi sesuai target. Pada semester I 2017, pembangkit listrik panas bumi yang tercatat sebesar 1.698,5 MW, itu sesuai target semester I 2017.

Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbaru dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rida Mulyana mengatakan, realisasi tahun 2016 sebesar 1.698,5 MW, kemudian target tahun ini 1.858,5 MW. Dia yakin target tersebut akan tercapai, mengingat akan ada tiga tambahan pembangkit listrik panas bumi llagi.

Tiga pembangkit itu antara lain di Sarulla Sumatera Utara 110 MW, Karaha Jawa Barat 30 MW, dan Sorikmarapi 20 MW. "Akhir Desember mudah-mudahan 1.858 MW," kata Rida.

‎Sejak tahun lalu, PGE menjalankan tujuh proyek panas bumi secara paralel. Yaitu, Sungai Penuh upstream project 1x55 MW dengan target beroperasi 2020. Hululais upstream project 2x55 MW dengan target beroperasi 2019 untuk unit 1 dan 2021 unit 2.

Kemudian Ulubelu total project 2x55 MW yang beroperasi 3 Juli 2016 untuk unit 3 dan Juni 2017 untuk unit 4. Pertamina Geothermal Energy juga mengerjakan proyek Lumut Balai Unit 1 dan 2 total kapasitas 2x55 MW, dengan target COD untuk unit 1 pada 2018 dan 2019 untuk unit 2, Lumut Balai Unit 3 dan 4 total kapasitas 2x55 MW.

Adapun target COD 2022 untuk unit 3 dan 2024 untuk unit 4, Karaha total kapasitas 1x30 MW target COD juni 2017, serta Lahendong Unit 5 dan 6 dengan total kapasitas 2x20MW, COD pada 15 September 2016 untuk unit 5 dan 9 Desember 2016 unit 6.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

 

Pertamina Bakal Gencar Kembangkan Energi Terbarukan

Sebelumnya PT Pertamina (Persero) berkomitmen lebih agresif mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) di dalam negeri. Hal ini mengantisipasi pemanasan global yang diakibatkan kerusakan lingkungan.

Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, pemerintah mendorong EBT terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia.

"Kementerian ESDM dan KLHK mendorong EBT untuk peran lebih besar di masa mendatang. Tentu ini tergambar di kami untuk penyediaan energi dengan berkurangnya pemakaian BBM fosil dan peningkatan kesadaran pemanasan global hampir dipastikan bahwa renewable energy will be our future," kata Elia, dalam Pertamina Energy Forum 2017, di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa 12 Desember 2017.

Elia melanjutkan, perusahaan migas dari negara yang memiliki cadangan migas besar pun saat ini mulai melirik teknologi yang ramah lingkungan. Pertamina tidak mau ketinggalan untuk mengembangkan EBT.

"Kami sadari fokus Pertamina yang selama ini di bidang migas kami perlu tingkatkan kapabilitas dalam energi baru terbarukan agar setara dengan pemain lain," tutur dia.

Elia menuturkan, Pertamina tidak menutup kemungkinan menggandeng pemain yang sudah berpengalaman dalam EBT, untuk meningkatkan akslerasi pengembangan EBT.

"Penting bagi kami kerja sama dengan para pemain existing agar akselerasi. Penting bagi kami kuasai energi baru terbarukan, yang disadari punya peran vital di bisnis ini," ujar dia.

Elia mengungkapkan, Pertamina tidak mungkin melakukan dari awal untuk atasi ketertinggalan. Oleh karenaitu perusahaan energi pelat merah tersebut berminat melakukan kerja sama atau berinvestasi pada perusahaan yang sudah lebih dahulu mengembangkan EBT.

"Untuk mengejar ketertinggalan itu kami tidak meungkin mulai dari nol, makanya kami berminat melakukan patnership atau berinvestasi di perusahaan yang sudah memiliki atau sudah kembangkan teknologi EBT lebih dulu," ujar dia.

Pertamina berkomitmen mengembangkan potensi energi yang melimpah di alam Indonesia. Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah menetapkan bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025. Tentu, butuh konsistensi banyak pihak agar angka ini dapat tercapai. Di sini Pertamina menunjukkan perannya terhadap target tersebut.

"Indonesia memiliki potensi EBT yang belum banyak dimanfaatkan, apalagi dengan target pencapaian EBT di tahun 2025 sebesar 23 persen harus ditinjau kembali. Untuk mencapai target tersebut harus jelas pemetaannya, misalnya bicara sumber energi angin di mana sumbernya di Indonesia yang sesuai kebutuhan, begitu juga sumber energi matahari harus tepat pemetaan tempat yang cocok untuk dikembangkan," ujar Elia.

Hingga kini, Pertamina telah meraih peningkatan produksi geothermal sebesar 31 persen yakni 2.932 Giga Watt hour (GWh). Selain itu konsumsi biodiesel dalam negeri mencapai 2,7 miliar liter pada 2016.

Pada 2020 diproyeksikan konsumsi biodiesel mencapai 3,9 miliar liter Biodiesel 30 (B30). Pertamina mengelola operasi pasokan Biodiesel di 60 terminal di seluruh Indonesia. Tantangan akan muncul dalam implementasi mencapai standar Biodiesel 30 yang akan diterapkan pada 2020.

Sementara itu, pengembangan solar panel saat ini sudah diterapkan Pertamina di wilayah operasi Pertamina, kawasan perkantoran, Zona Ekonomi Khusus, dan industri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya