Liputan6.com, Karangasem - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan meyakini letusan Gunung Agung yang terjadi saat ini tidak akan sebesar sebelumnya. Gunung Agung pernah mengalami letusan hebat pada 1963.
Luhut menjelaskan, dirinya bersama pihak terkait telah melakukan perhitungan soal potensi letusan Gunung Agung. Hasil perhitungan diyakini letusan gunung ini tidak akan sehebat pada 1963.
Advertisement
Baca Juga
"Jadi kami sudah menghitung, semua kemungkinan-kemungkinan yang paling jelek. Ledakan yang sebesar 1963 sepertinya sulit akan terjadi," ujar dia di Karangasem, Bali, Jumat (22/12/2017).
Menurut dia, besarnya letusan Gunung Agung pada 1963 akibat akumulasi energi yang ada di dalam gunung tersebut. Sedangkan pada erupsi kali ini, energinya secara berkala telah keluar sehingga tidak terjadi akumulasi.
"Karena energinya sekarang keluar terus. Kalau yang 1963 itu 100 tahun energinya tidak keluar sehingga ledakanya besar sekali," tandas dia.
Pemerintah juga rencananya akan mencabut status tanggap darurat atas letusan Gunung Agung. Dengan pencabutan status tersebut diharapkan kepercayaan dunia internasional terhadap keamanan di Bali kembali meningkat.
Sebab akibat adanya status tanggap darurat ini, negara-negara lain mengeluarkan larangan berkunjung (travel warning) ke Bali bagi warga negaranya. Namun, jika status ini dicabut, diharapkan negara lain juga akan mencabut travel warning yang dikeluarkannya.
"Travel warning itu didapat karena ada tanggap darurat. Jadi, kalau tanggap darurat ini kita cabut, travel warning itu juga saya kira akan dicabut," ujar Luhut.
Dia menjelaskan, pemberian status tanggap darurat salah satunya agar pemerintah daerah (pemda) bisa mengeluarkan bantuan kepada para pengungsi letusan Gunung Agung tersebut.
Namun demikian, Luhut memastikan dengan dicabutnya status tanggap darurat ini tidak akan mengurangi bantuan yang diberikan kepada para pengungsi.
"Tanggap darurat itu kalau tidak ada, maka beras itu tidak bisa diturunkan oleh pemda. Nah sekarang kita mau coba, bisa tidak Kemensos yang mengeluarkan itu. Sehingga tanggap darurat diambil. Karena ada tanggap darurat tadi, travel advisor yang dikeluarkan negara-negara tadi akan dicabut. Karena mereka bermuara kepada kita. Kalau kita masih tetapkan tanggap darurat, berarti kan berbahaya," jelas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
RI Tetap Gelar Annual Meeting IMF-World Bank di Bali
Advertisement