Liputan6.com, Jakarta Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta masyarakat tidak khawatir berkunjung ke Bali. Pasalnya, meski terdapat Gunung Agung yang berstatus awas, pulau tersebut aman untuk dikunjungi.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar mengatakan, Gunung Agung saat ini memang berada di level IV atau Awas. Namun, masyarakat masih aman beraktivitas di luar radius 10 kilometer (km) dari kawah Gunung Agung.
“Badan Geologi menyampaikan yang terdampak hanya sekitar Gunung Agung saja dengan radius 8 hingga 10 km-an. Jadi, kalau mau yang ke Denpasar, Danau Batur, Ubud, di luar radius 10 km, aman. Silakan datang ke Bali," kata Rudy, di Jakarta, Sabtu (16/12/2017).
Advertisement
Menurut Rudi, pihanya pun sudah melakukan simulasi jika terjadi erupsi, sehingga sudah dilokalisasi potensi bahayanya hanya terjadi di Gunung Agung.
Bahaya tersebut di antaranya awan panas. Badan Geologi memprediksi jika terjadi awan panas sebanyak 10 juta meter kubik (m3) hanya akan berada di sekitar Gunung Agung saja, tidak menuju Denpasar.
Kemudian arah angin beberapa hari ke depan diperkirakan menuju ke timur yang langsung menuju dengan lautan, sehingga kecil kemungkinan mengganggu penerbangan. Jika terjadi lahar dingin, alirannya pun hanya mengenai beberapa wilayah dengan radius kurang dari 10 km. Selain itu, saat ini kondisi cuaca di Bali hujan sehingga dapat meredam partikel debu erupsi.
"Sekarang curah hujan, itu cukup membersihkan udara di Bali. Kalau terjadi awan panas hanya di sekitar Gunung Agung, tidak sampai Denpasar dan ke mana-mana," papar Rudy.
Terus Dipantau
Sebagaimana diketahui, Gunung Agung dinaikkan kembali status aktivitasnya menjadi Level IV (Awas) pada 27 November 2017 pukul 06:00 WITA.
Pos Pengamatan Gunungapi Agung milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM, terus memantau perkembangan kegiatan vulkanik dan senantiasa berkoordinasi dengan berbagai pihak.
“Kami terus melakukan pengamatan setiap menitnya, melakukan analisis dari jam ke jam sampai hari ini, 24 jam setiap hari. Kita juga telah melakukan simulasi apabila terjadi awan panas, ke mana sih awan panasnya itu? Hanya di sekitar Gunung Agung," tambah Rudy.
Baca Juga
Pemantauan Gunung Agung juga dilakukan menggunakan peralatan yang sangat mumpuni, termasuk terlengkap di Indonesia, sebagaimana peralatan yang digunakan untuk memantau gunung api di seluruh dunia.
"Kita punya instrumen untuk memantau. Untuk visualnya ada CCTV, Digital dan Thermal Camera, alat seismik. Alat seismik untuk Gunung Agung terpasang 11 set, untuk Gunung Batur 4 set, karena ini bisa saling melengkapi. Untuk deformasi (perubahan bentuk) kita ada 5 set GPS dan 2 set tiltmeter. Kita punya 2 sensor temperatur untuk mengukur Gas ada DOAS Scanner dan MultiGAS," ungkap dia.
Selain itu, dia mengaku pihaknya juga menggunakan data-data satelit untuk mengukur deformasi, energi termal, dan konsentrasi gas untuk mengetahui setiap perubahannya. Bahkan ikut menerbangkan drone yang mampu mengambil foto, merekam video, hingga mengukur gas magmatik.
"Untuk mendapat informasi rutin aktivitas Gunung Agung, kami juga punya aplikasi MAGMA Indonesia yang sudah bisa diakses dari seluruh dunia. Ini sangat lengkap. Alat-alat dan aplikasi yang digunakan sudah setara dengan pengamatan modern gunung api di seluruh dunia, dengan ini upaya mitigasi bencana erupsi Gunung Agung menjadi lebih optimal," papar Rudy.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement