BI: Ekonomi RI Baru Bisa Tumbuh 6 Persen di 2022

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2017 akan di angka 5,05 persen.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Des 2017, 16:51 WIB
Diterbitkan 28 Des 2017, 16:51 WIB
20160819-Gubernur BI Berikan Keterangan Soal Triwulan II 2016
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo (batik hitam) saat akan memberikan keterangan pers di Jakarta,(19\8). Hasil Rapat Dewan Gubernur BI mencatat triwulan II 2016 mempertahankan 7 days Repo Rate sebesar 5,25 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan terus membaik ke depan. Dengan perbaikan tersebut, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ada di angka 6 persen pada 2022.

Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6 persen tersebut sejalan dengan peningkatan koordinasi antara BI dengan pemerintah khususnya dalam menjaga inflasi. Pada 2022, sasaran inflasi ada di angka 2-4 persen.

"Terkait dengan pertumbuhan ekonomi, kami sampaikan di 2022 itu ada di 5,8-6,2 persen, kalau dicari titiknya, pada 2022 ada di 6 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo di Gedung Bank Indonesia, Kamis (28/12/2017).

Hanya saja, Agus memastikan pertumbuhan ekonomi 6 persen pada 2022 tersebut bisa saja terlampaui dengan berbagai syarat. Salah satunya adalah komitmen pemerintah dalam menjalankan reformasi struktural di sektor infrastruktur, instansi, sumber daya manusia dan inovasi.

Dilanjutkan Agus, pada 2017, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan ada di angka 5,05 persen. Adapun pada 2018, diperkirakan akan ada di kisaran 5,1-5,5 persen.

Sejalan dengan perbaikan ekonomi yang dilakukan Indonesia, Neraca Transaksi Berjalan pada 2022 diperkirakan defisitnya juga akan terus membaik. Diperkirakan pada saat itu defisit akan ada di angka tidak lebih dari 2 persen GDP.

"Jadi nanti akan ada sedikit kenaikan defisit di 2018, yaitu 2-2,5 persen dari GDP kemudian akan membaik di bawah 2 persen," ucap Mantan Menteri Keuangan itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pertumbuhan Ekonomi 2017 Versi Sri Mulyani

Rugikan Negara Rp 118 Miliar, Kemenkeu Ungkap Tindak Pidana Kepabeanan
Jaksa Agung HM Prasetyo (kiri) berbincang dengan Menkeu Sri Mulyani saat rilis barang bukti terkait perdagangan ilegal di Jakarta, Kamis (2/11). Penyelewangan tersebut merugikan negara lebih dari Rp118 miliar. (Liputan6.com/JohanTallo)

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sekitar 5,05 persen. Perkiraan itu lebih rendah dari target pemerintah 5,2 persen di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017.

"Pertumbuhan ekonomi di 2017 akan mencapai sekitar 5,05 persen atau mendekati 5,1 persen. Realisasinya sampai 15 Desember ini, ekonomi Indonesia bertumbuh 5,03 persen," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (20/12/2017).

Dengan proyeksi 5,05 persen untuk tahun ini, Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2017 sekitar 5,15 persen atau 5,17 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding kuartal I dan II yang masing-masing 5,01 persen, serta kuartal III sebesar 5,06 persen.

"Untuk kuartal IV dan tahun ini akan ditopang oleh investasi dan ekspor masih cukup tinggi. Termasuk konsumsi masyarakat tumbuh 5 persen dan belanja pemerintah akan terkonsentrasi di kuartal IV dengan pertumbuhan sekitar 3 persen, investasi 6-7 persen, dan ekspor terjaga momentumnya," tandasnya.

Sri Mulyani menambahkan, DPR Amerika Serikat telah mengesahkan Undang-undang (UU) Perpajakan yang diajukan pemerintah. Kondisi ini akan berdampak pada ekonomi di AS dan negara lain.

"UU Perpajakan di AS sudah disetujui dan ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi AS akan lebih kuat. Ini akan memberikan dampak positif dalam perekonomian secara keseluruhan. Kita harapkan momentum harga komoditas dan ekspor terjaga," tukasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya