Badan Geologi Turunkan Jarak Wilayah Awas Gunung Agung Jadi 6 Km

Status kegempaan Gunung Agung hingga Rabu (3/1/2018) pukul 18:00 WITA menunjukkan jumlah kegempaan dengan konten frekuensi tinggi dan rendah

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Jan 2018, 12:31 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2018, 12:31 WIB
Gunung Agung erupsi lagi
Gunung Agung erupsi lagi

Liputan6.com, Jakarta Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengurangi jarak wilayah berstatus awas di sekitar Gunung Agung, Karang Asem, Bali.

Menteri ESDM Ignasius Jonan mengataan, PVMBG menurunkan batas radius aman untuk beraktifitas menjadi 6 kilometer (km) dari sebelumnya 8 hingga 10 km.

"Jadi ini berkurang, sebelumnya tidak boleh dihuni masyarakat 10 km dari kawah, sekarang 6 km," kata Jonan, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (4/1/2018).

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar menambahkan, ‎Gunung Agung saat ini masih berada dalam fase erupsi dengan aktifitas vulkanik yang relatif tinggi dan fluktuatif.

Berdasarkan hasil analisis data visual maupun instrumental berupa seismik, deformasi dan geokimia, saat ini Gunung Agung masih berada dalam fase erupsi, aktivitas vulkanik masih relatif tinggi dan fluktuatif.

"Material erupsi berupa lava yang mengisi kawah, hembusan atau letusan abu, dan lontaran batuan di sekitar kawah," tuturnya.

Rudy mengungkapkan, volume lava di dalam kawah sekitar 20 juta meter kubik atau sekitar 1/3 dari volume kawah atau 60 juta meter kubik. Laju pertumbuhan kubah saat ini rendah sehingga untuk memenuhi volume kawah dalam waktu singkat kemungkinannya kecil.

 

Status Kegempaan

Sedangkan status kegempaan Gunung Agung hingga , Rabu (3/1/2018) pukul 18:00 WITA menunjukkan jumlah kegempaan dengan konten frekuensi tinggi maupun rendah hingga saat ini masih terus terekam mengindikasikan masih adanya tekanan dan aliran magma dari kedalaman hingga ke permukaan. 

"Namun demikian, energi gempa saat ini belum menunjukkan trend naik yang signifikan," ujarnya.

Menurut Rudy, dari data Deformasi dalam beberapa hari terakhir juga nenunjukkan tren yang stagnan yang mengindikasikan belum ada peningkatan pada sumber tekanan yang signifikan. Data geokimia terakhir menunjukkan masih adanya gas magmatik SO2 dengan flux sekitar 100-300 ton per hari.

Perkiraan Potensi bahaya saat ini berupa lontaran batu pijar, pasir, kerikil, dan hujan abu pekat juga lahar hujan. Bahaya lontaran batu, pasir, kerikil, dan abu pekat diperkirakan melanda area di dalam radius 6 km dari kawah.

Sedangkan bahaya lahar hujan akan mengikuti lembah sungai yg berhulu dari Gunung Agung bergantung pada debit air maupun volume material erupsi.

Dengan skala erupsi pada saat ini (intermittent), maka potensi bahaya awan panas kemungkinannya masih relatif kecil karena selain pertumbuhan lava yang melambat untuk memenuhi isi kawah, juga kemungkinan lain yaitu untuk mendobrak kubah lava menjadi awan panas maka diperlukan pembangunan tekanan yang cukup besar.

"Sementara itu pembangunan tekanan hingga hari ini belum menunjukkan pola peningkatan yang signifikan," ‎tutup Rudy.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya