Libur Tahun Baru, Okupansi Hotel di Bali Capai 80 Persen

Okupansi ini khususnya terjadi pada hotel di daerah-daerah yang menjadi pusat keramaian di Bali.

oleh Septian Deny diperbarui 31 Des 2017, 10:45 WIB
Diterbitkan 31 Des 2017, 10:45 WIB
Tanah Lot Kreatifood & Art festival
Ribuan gebogan hadir menyemarakkan gelaran Tanah Lot Kreatifood & Art Festival yang digelar 7-9 Juli 2017 di Tabanan, Bali. Foto: Andi Jatmiko/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Jelang malam tahun baru, tingkat keterisian (okupansi) kamar hotel di Bali mencapai 80 persen. Okupansi ini khususnya terjadi pada hotel di daerah-daerah yang menjadi pusat keramaian di Bali.

Chairman Bali Hotels Association Ricky Putra mengatakan, okupansi jelang tahun baru ini lebih tinggi dibandingkan libur Natal lalu. Saat hari raya keagamaan tersebut, tingkat okupansi hotel sebesar 75 persen.

"Untuk tahun baru rata-rata sudah 80 persen, saat Natal kemarin rata-rata 70 persen. Overall dalam dua minggu ini 75 persenan. Mudah-mudahan tren ini semakin bagus," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (31/12/2017).

Sementara untuk tarif kamar, lanjut Ricky, jika pada tahun-tahun sebelumnya hotel menerapkan biaya tambahan (surcharge) ketika permintaan kamar tinggi, pada tahun baru kali ini hotel-hotel di Bali memberlakukan tarif normal.

Hal ini diharapkan dapat membantu memulihkan wisata di Pulau Dewata di tengah aktivitas Gunung Agung.

"Dulu mungkin hotel menerapkan surcharge, tapi sekarang disesuaikan dengan situasi, dan itu masuk akal. Karena kita mencoba membantu untuk pemulihan Bali, jadi tidak masalah," kata dia.

Bahkan, kata dia, dengan tarif normal, hotel-hotel di Bali memberikan tambahan layanan. Dengan demikian, diharapkan bisa menarik lebih banyak wisatawan untuk kembali berkunjung ke Bali.

"Mungkin tidak diberikan diskon (tarif kamar) tapi memberikan tambahan benefit. Kalau dulu misalnya hanya room dan breakfast, sekarang ada yang include dengan spa dan dinner. Jadi lebih value added," tandas dia.

Saksikan video pilihan berikut:

 

 

Pelajaran Berharga dari Gunung Agung untuk Pariwisata Bali

Erupsi Gunung Agung tak dimungkiri memukul telak industri pariwisata Bali. Pariwisata Bali anjlok drastis, apalagi ketika Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ditutup selama dua hari pada November lalu akibat sebaran abu vulkanik Gunung Agung.

Praktisi pariwisata I Wayan Puspa Negara menyebut pada akhir November industri pariwista Bali bak kembali ke titik nadir.

"Pada tanggal 29 November, jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Bali hanya 17 orang dan yang keluar Bali 13 ribu orang dari kedatangan normal per harinya sebanyak 14 ribu orang," kata Puspa Negara kepada Liputan6.com, Senin, 25 Desember 2017.

Di tengah status Awas dan fluktuasi erupsi Gunung Agung, pariwisata Bali berangsur-angsur kembali normal. Itu lantaran gencarnya kampanye Bali tetap aman untuk dikunjungi meski gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu masih menunjukkan aktivitas vulkaniknya.

Sejak 30 November hingga 15 Desember, jumlah kedatangan wisatawan asing ke Bali berangsur kembali ke angka semula. Bermula dari tiga ribu wisatawan per hari, naik menjadi tujuh ribu hingga akhirnya naik signifikan pada 16 Desember sebanyak 12 ribu wisatawan hingga saat ini.

"Di mata turis Bali tetap kawasan yang menarik. Terlebih pada tahun ini, Bali dinobatkan oleh Tripadvisor sebagai World 1st Best Destination dan 15th World Best Place to Visit 2017 versi US News," ujarnya.

Bagi Puspa Negara, hal itu merupakan kekuatan promosi Bali ditambah membeludaknya wisatawan domestik ke untuk menghabiskan libur tahun baru di Bali.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya