Terkuak, 30 Persen Karyawan RI Ingin Pindah Kerja

Berdasarkan studi, lebih dari 30 persen tenaga kerja di Indonesia akan mencari pekerjaan baru dalam waktu dekat. Ternyata, ini penyebabnya!

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 05 Jan 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2018, 14:00 WIB
Terkuak, Inilah Alasan Utama Pekerja Memutuskan Resign
Menurut studi, ternyata ini alasan utama pekerja memilih untuk mencari pekerjaan lain.

Liputan6.com, Jakarta - Pergantian tahun dijadikan momentum tepat untuk membuat resolusi yang ingin dicapai di tahun berikutnya. Salah satunya terkait karier. Tidak sedikit yang menargetkan untuk berpindah tempat kerja.

Studi bertajuk Global Leadership Study (2016) yang digagas Dale Carnegie memperlihatkan bahwa lebih dari 30 persen tenaga kerja di Indonesia akan mencari pekerjaan baru dalam waktu dekat.

Hal itu berdasarkan akumulasi dari angka 20 persen karyawan yang berencana pindah tempat kerja tahun depan. Bahkan, 13 persen bahkan mengaku saat ini sedang dalam pencarian pekerjaan baru. Sementara, hanya 28 persen karyawan di Indonesia yang berniat bertahan dalam jangka waktu cukup panjang di perusahaannya.

Kira-kira apa alasanya?

Ternyata, cara kepemimpinan atasan langsung (immediate supervisor) berperan signifikan terhadap kepuasan kerja dan keinginan karyawan untuk bertahan di sebuah perusahaan.

Kepuasan dalam bekerja (job satisfaction) dan keinginan untuk bertahan di suatu perusahaan (intention to stay) dipengaruhi oleh perilaku atasan di tempat karyawan tersebut bekerja. Data dari Global Leadership Study menunjukkan bahwa 85 persen karyawan menganggap apresiasi dan pujian dari atasan terhadap pekerjaan yang mereka lakukan sangatlah penting.

"Namun, pada praktiknya hanya 36 persen atasan yang melakukannya," tutur Joshua Siregar selaku Director, National Marketing Dale Carnegie Indonesia.

"Belum sesuainya cara kepemimpinan atasan di Indonesia seperti inilah yang menjadi salah satu faktor karyawan berniat mencari pekerjaan baru. Dale Carnegie sebagai thought leader menginisiasi studi ini untuk mengetahui pengaruh cara kepemimpinan terhadap motivasi dan retensi kerja karyawan,” ujarnya.

Kepemimpinan efektif mempengaruhi kepuasan karyawan

Studi tersebut berdasarkan hasil survei yang digelar di 14 negara, termasuk Indonesia. Studi ini melibatkan sekitar 3.300 pekerja dengan rentang usia 22–61 tahun, mulai dari level karyawan hingga direktur.

Di Indonesia sendiri, studi menyertakan 205 pekerja dari perusahaan kecil hingga menengah, dengan tujuan mengetahui cara kepemimpinan yang efektif di Tanah Air.

Studi menyebutkan bahwa hanya 17 persen karyawan yang mengaku puas dengan pekerjaan mereka. Riset juga memperlihatkan bahwa kepuasan tersebut kuat dipengaruhi oleh perilaku atasan.

Selain itu, Dale Carnegie juga menjelaskan bagaimana kepemimpinan yang efektif berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.

Untuk mewujudkan itu, Dale Carnegie menyimpulkan adanya beberapa perilaku atasan yang mempengaruhi kepuasan karyawan, yaitu kesediaan memberi apresiasi dan pujian yang tulus kepada karyawan, kemauan melihat dari sudut pandang orang lain, menjadi pendengar yang baik, kesediaan mengakui kesalahan, dan mau menghargai kontribusi karyawan.

Terbukti, atasan yang menunjukkan perilaku tersebut mampu meningkatkan kepuasan karyawan hingga lebih dari dua kali lipat, yakni 36 persen.

Fakta menariknya, dari lima perilaku atasan yang mempengaruhi kepuasan karyawan, ternyata perilaku atasan yang  "berani mengakui kesalahan" menjadi faktor yang semakin penting mempengaruhi kepuasan karyawan.

Terlihat dari hasil studi bahwa 78 persen karyawan mengharapkan kondisi tersebut. Namun sayangnya, hanya 37 persen immediate supervisor yang melakukannya dengan konsisten. Artinya terjadi gap 41 persen antara ekspektasi dan kenyataan, atau selisih terbesar kedua setelah faktor "memberikan penghargaan tulus" yang sebesar 48 persen.

 

Selanjutnya

Joshua sangat menyayangkan hal tersebut. Menurut dia, keduanya padahal sangat penting untuk membangun lingkungan yang nyaman bagi karyawan, terutama guna memotivasi mereka agar berani melakukan inovasi serta berkembang.

"Ketika karyawan melakukan inovasi dengan mengambil risiko, mereka berharap atasannya menunjukkan kesalahan secara bijaksana, sehingga anak buah bisa belajar serta memperbaiki diri,” ujar Joshua.

Berbekal pengalaman selama 105 tahun di skala global dan 40 tahun berkiprah di Indonesia, Dale Carnegie memiliki pemahaman mendasar dan menyeluruh mengenai cara kepemimpinan yang efektif.

Menghadirkan beragam solusi pengembangan kemampuan bisnis yang berorientasi pada sumber daya manusia, Dale Carnegie juga menyediakan pelatihan dalam bidang team member engagement serta leadership development.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya