Produksi Migas Pertamina Meningkat dari Luar Negeri

PT Pertamina (Persero) mencatat peningkatan produksi minyak dan gas (migas), dari ladang migas yang dikelolanya di luar negeri.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Jan 2018, 18:40 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2018, 18:40 WIB
(Foto:Liputan6.com/Maulandy R)
Antisipasi Pertamina hadapi libur Natal dan Tahun Baru

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat peningkatan produksi minyak dan gas (migas), dari ladang migas yang dikelolanya di luar negeri. Produksi tersebut juga melampaui target yang telah ditetapkan.

Senior Vice President Upstream Srtategic‎ Planning and Operation Evaluation Pertamina Meidawati mengatakan,  produksi migas Pertamina dari luar negeri mencapai 104 ribu barel per hari (Barel Oil Equivalent Per Day/BOEPD) pada 2017. Angka ini lebih tinggi dari tahun lalu sebesar 88 ribu BOEPD.

"Lebih tinggi dari tahun lalu. Tahun 2016 hanya 88 ribu BOEPD," kata Meidawati, di Jakarta, Minggu (21/1/2018).

Meidawati melanjutkan, untuk prouduksi gas dari luar negeri pada 2017 mencapai 275 MMSCFD. Angka ini lebih tinggi dari capaian produksi sebesar 218 MMSCFD pada 2016.

Meidawati menuturkan, realisasi produksi migas Pertamina dari ladang migas yang digarapnya di luar negeri lebih tinggi dari target. Pada 2017, produksi minyak ditargetkan 92 ribu BOEP‎ sementara realisasinya 104 ribu BOEPD. Sedangkan produksi gas targetnya 202 MMSCFD realisasinya 275 MMSCFD.

‎"Target 2017 produksi luar negeri minyak 92 ribu BOEPD real 104 ribu BOEPD, ‎ gas target 2017sebesar 202 MMSCFD real 275 MMSCFD," papar dia.

Meidawati mengungkapkan, kenaikan produksi minyak disumbang dari ladang migas yang dikelola Pertamina di Aljazair, Afrika Utara dan Malaysia. Untuk diketahui, selain kedua negara tersebut Pertamina juga memiliki ladang migas di Irak.

Selain itu, dengan memiliki saham mayoritas perusahaan migas Prancis Maurel dan Prom, Pertamina kini memiliki tambahan tiga blok yang sudah berproduksi di Nigeria, Tanzania, dan Gabon.

"Kenaikan prododuksi minyak dari Algeria (Aljazair). Kenaikan produksi gas dari Algeria dan Malaysia‎," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Pertamina Andalkan Produksi Migas dari Luar Negeri

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) akan mengandalkan produksi minyak dari ladang minyak dan gas (migas) di luar negeri yang dikelolanya. Hal ini untuk mencapai target produksi migas sebesar 1,9 juta barel per hari (bph) pada 2025.

‎Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, langkah Pertamina mengelola blok migas di luar negeri bertujuan untuk memperkuat cadangan dan produksi nasional. Hasil produksi minyaknya akan dibawa pulang, untuk diolah pada kilang-kilang yang ada di Indonesia untuk memenuhi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri.

"Pertamina akan menggencarkan akusisi aset migas di dalam dan di luar negeri," kata Syamsu, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin 10 April 2017.

Syamsu menuturkan, Pertamina telah menggarap ladang migas yang berada di luar negeri antara lain Aljazair, Irak dan Malaysia. Dengan memiliki saham mayoritas perusahaan migas Prancis Maurel & Prom, Pertamina kini memiliki tambahan tiga blok yang sudah berproduksi di Nigeria, Tanzania, dan Gabon.

"Jadi sekarang kita bersyukur Pertamina ada di berapa negara," ucap Syamsu.

Syamsu mengatakan, pasokan produksi minyak dari ladang yang digarap Pertamina dari luar negeri tersebut, untuk mendorong pencapaian target produksi 1,9 juta pada 2025. Produksi minyak dari ladan luar negeri diperkirakan mampu menyumbang 33 persen target produksi tersebut.

"Target 1,9 juta bph pada 2025, guna mendukung pertumbuhan perekonomian nasional," ujar Syamsu.

Sejumlah langkah yang dilakukan Pertamina, tentu tidak lepas dari upaya BUMN ini ingin memberikan kontribusi yang nyata dalam mendukung perekonomian nasional. Pada 2050 Indonesia akan menjadi negara perekonomian terbesar keempat setelah China, Amerika Serikat, dan India, dengan gross domestic product (GDP) US$ 15,432 miliar.

"Berdasarkan perkiraan pertumbuhan ekonomi itu, tentu Indonesia membutuhkan dukungan energi secara maksimal," tutur Syamsu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya