PTPP Raih Kontrak Baru Rp 2,3 Triliun di Januari

Adapun order book yang dicapai PTPP per Januari 2018 mencapai Rp 60,4 triliun

oleh Nurmayanti diperbarui 14 Feb 2018, 12:13 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2018, 12:13 WIB
PT PP Tbk. (Dok)
PT PP Tbk. (Dok)

Liputan6.com, Jakarta PTPP (Persero) Tbk menargetkan kontrak baru sebesar Rp 49 triliun pada tahun ini, atau 20 persen lebih tinggi dari perolehan kontrak baru yang diraih selama 2017.

“Dengan target kontrak baru ini, PTPP akan memiliki Total order book lebih dari Rp 100 triliun yang akan menjadi basis yang kuat bagi pertumbuhan pendapatan dan laba bersih, tidak hanya untuk tahun 2018, namun juga untuk tahun-tahun berikutnya,” ujar Direktur Utama PTPP, Tumiyana di Jakarta, Rabu (14/2/2018).

Adapun PTPP memperoleh kontrak baru senilai Rp 2,3 triliun selama Januari 2018. Kontrak ini terdiri dari PTPP Induk sebesar Rp 929 miliar dan anak usaha Rp 1,4 triliun.

Perolehan kontrak baru PTPP Induk, terdiri dari proyek Gedung AEON Apartment Phase 2 (struktur) sebesar Rp 523 miliar dan proyek infrastruktur Executive Port Merak sebesar Rp 406 miliar.

Kontribusi terbesar kontrak baru di bulan Januari 2018 disumbangkan PT PP Presisi Tbk (PPRE), entitas anak yang bergerak sebagai kontraktor berbasis peralatan berat. PPRE berhasil meraih kontrak baru sebesar Rp 1 triliun (setelah eliminasi).

Disusul PT PP Properti Tbk (PPRO) sebesar Rp 200 miliar, PT PP Urban sebesar Rp 130 miliar (setelah eliminasi), dan PT PP Energi sebesar Rp 20 miliar.

Sementara total kontrak yang dihadapi (order book) yang dicapai PTPP per Januari 2018 sebesar Rp 60,4 triliun yang terdiri dari kontrak baru sebesar Rp 2,3 triliun dan kontrak carry over tahun 2017 sebesar Rp 58,1 triliun.

Selama 2017, PTPP berhasil meraih kontrak baru sebesar Rp 41 triliun yang terdiri dari kontrak regular sebesar Rp 38,8 triliun dan Kontrak Joint-Operation (JO) sebesar Rp 2,3 triliun .

 

PTPP Targetkan Arus Kas Positif Rp 1,7 Triliun di 2017

PTPP (Persero) Tbk menargetkan arus kas operasi positif mencapai Rp 1,7 triliun per 31 Desember 2017 dibandingkan per 31 Desember 2016 yang sebesar Rp 986 miliar.

Direktur Utama PTPP Tumiyana memperkirakan arus kas operasi positif pada akhir tahun 2017 sejalan dengan siklus bisnis industri konstruksi di Indonesia.

“Di tengah melesatnya perkembangan pembangunan infrastruktur di Indonesia dan persaingan industri konstruksi yang semakin tinggi, manajemen selalu menjaga baik kinerja operasional dan posisi finansial tetap solid dan terkendali, sehingga akhirnya PTPP berhasil membukukan arus kas operasi yang positif dalam lima tahun terakhir,” ujar dia di Jakarta, Senin (11/12/2017).

Dia menyebutkan, dalam periode sembilan bulan 2017 (Januari - September 2017), perseroan membukukan arus kas operasi sebesar negatif Rp 1,5 triliun, atau lebih rendah dibandingkan periode enam bulan 2017 (Januari - Juni 2017) sebesar negatif Rp 2,1 triliun.

Hal ini menunjukkan PT PP sebenarnya mampu mencetak arus kas operasi positif dalam periode Juli - September 2017.

Dia menuturkan, arus kas operasi yang negatif di semester pertama (triwulan I dan triwulan II) merupakan siklus bisnis industri konstruksi yang normal dan akan membaik di semester ke-2 (triwulan III dan IV). Ini seiring dengan meningkatnya penyerapan anggaran pemerintah maupun pengeluaran belanja modal BUMN.

Per 30 September 2017, PTPP memiliki total utang berbunga (Interest Bearing Debt) sebesar Rp 8,2 triliun dibandingkan dengan total kas dan setara kas termasuk investasi jangka pendek sebesar Rp 6,4 triliun, total ekuitas sebesar Rp 12,5 triliun, dan total aset sebesar Rp35,3 triliun.

Dengan demikian, total utang berbunga perseroan masih berada jauh di bawah 1 kali, baik dibandingkan dengan total aset maupun ekuitas perseroan.

Posisi ini juga menunjukkan tingkat leverage perseroan yang sangat terkendali dengan rasio gearing dan net gearing perseroan masing-masing sebesar 0,66x dan 0,15xper 30 September 2017.

Sementara itu, EBITDA Perseroan selama sembilan bulan 2017 telah mencapai Rp 1,8 triliun, atau naik 45 persen secara year-on-year dibandingkan Rp 1,2 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.

Bila pencapaian EBITDA tersebut dibandingkan dengan total utang berbunga, perseroan memiliki rasio Debt-to-EBITDA dan Net Debt-to-EBITDA secara 12 bulan berjalan masing-masing sebesar 3,13x dan0,70x.

Selain itu, perseroan juga memiliki rasio EBITDA interest coverage sebesar 7,53x per sembilan bulan 2017 dibandingkan pencapaian sebesar 6,38x per 9 bulan 2016. Tingkat kesehatan dan kekuatan struktur modal Perseroan juga secara independen telah dinilai oleh lembaga credit rating Pefindo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya