Hujan Jelang Imlek, Pertanda Berkah bagi PKL di Glodok?

Jelang sehari sebelum Imlek, hujan deras senantiasa mengguyur Jakarta sedari pagi. Itu juga terjadi di kawasan Glodok.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Feb 2018, 19:15 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2018, 19:15 WIB
Imlek
Pengunjung tengah memilih pernak-pernik Imlek di Glodok, Jakarta, Senin (22/1). Jelang perayan imlek sejumlah pedagang mulai menyajikan hiasan untuk merayakan Imlek 2018. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Jelang sehari sebelum Imlek, hujan deras senantiasa mengguyur Jakarta sedari pagi. Itu juga terjadi di kawasan Glodok, yang terkenal sebagai wilayah pecinan tertua di area Ibu Kota.

Tak ayal, banjir setinggi mata kaki turut membasahi kawasan Glodok pada saat siang. Seperti yang terjadi di Gg Gloria, tempat banyak pedagang kaki lima (PKL) bertebaran.

Keberadaan hujan pasca-Imlek seringkali dianggap berkah oleh kaum keturunan Tionghoa. Namun begitu, apakah hujan itu juga membawa keuntungan bagi para PKL yang ada di Glodok?

Atak (75), seorang pedagang nasi campur di Gg Gloria mengatakan, genangan air tersebut ikut menyurutkan jumlah dagangannya.

"Kalau hari biasa bisa habis sekitar 10 piring. Ramai tuh pas Sabtu-Minggu atau tanggal merah, bisa lebih dari 20 piring. Nah sekarang, cuman habis 4 piring aja," ucap dia kepada Liputan6.com di Gg Gloria, Jakarta, Kamis (15/2/2018).

Dia bercerita, para pedagang di area Glodok juga akan meliburkan dagangannya selama beberapa hari setelah Imlek. "Ini saya baru akan jualan lagi nanti Senin. Pemasukan sehari sebelum Imlek sepi gara-gara hujan," keluh dia.

Sementara itu, Budi (41), penjual karet kaki kursi mengucapkan, pendapatan bersih yang diterimanya ikut menurun lantaran genangan yang menimpa kawasan sejak jelang siang.

"Hari biasa keuntungan saya bisa Rp 75 ribu sampai Rp 100 ribu. Tapi kalau kaya gini (banjir), palingan Rp 30 ribu," sebut dia.

"Sekarang sudah mendingan dibanding dulu, pas Jakarta masih langganan banjir tiap 5 tahun. Kalau udah kaya gitu, saya enggak jualan sama sekali," tambah dia.

Hal senada diungkapkan Imah (53), yang seorang pedagang buah-buahan. "Sekarang lagi lesu penjualan, enggak bisa nentuin pendapatan pasti. Misal ada air kaya tadi, ya makin kurang," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Keluhan Pedagang Glodok

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengunjungi kawasan Glodok, Jakarta, Kamis (15/2/2018). (Maul/Liputan6.com)
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengunjungi kawasan Glodok, Jakarta, Kamis (15/2/2018). (Maul/Liputan6.com)

Sebelumnya, Mantan Menteri Koordinator Bidang Kematiriman Rizal Ramli mengunjungi kawasan Glodok, Jakarta Barat, Kamis 15 Februari 2018. Ekonom senior ini tak gentar meskipun cuaca tak bersahabat karena hujan deras dan beberapa lokasi tergenang.

Tepatnya di Gang Gloria, Rizal menggulung celana bahan hitam yang dipakainya. Ia menembus lorong yang tergenang air. Dalam kunjungan tersebut, ia menyempatkan diri untuk berdialog dengan beberapa pedagang.

Rizal Ramli bercerita, dalam dialog tersebut banyak pedagang kaki lima (PKL) yang gelisah dengan situasi ekonomi negara.

"Mereka (PKL) gelisah karena ekonomi enggak sebagus dulu, mereka ingin perbaikan," tukasnya di Glodok, Jakarta, Kamis pekan ini.

Menurut Rizal Ramli, pemerintah punya kesempatan untuk melakukan perbaikan ekonomi agar ke depannya tidak menjadi semakin buruk. Apa yang telah dilakukan pemerintah saat ini adalah pengetatan anggaran sehingga ekonomi justru melambat.

Ada baiknya jika pengetatan anggaran tersebut dikurangi sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, apa yang dikatakan oleh Rizal Ramli ini berkebalikan dengan Dana Moneter Internasional (International Moneter Fund/IMF).

Lembaga keuangan dunia tersebut menilai ekonomi Indonesia terus menunjukkan kinerja yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil 5,07 persen di tahun lalu, sekaligus kondisi makroekonomi yang terjaga, sehingga risiko sistemik dapat terkendali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya