Liputan6.com, Jakarta Perusahaan ritel mainan Toys 'R' Us memutuskan untuk menutup semua tokonya di Amerika Serikat (AS) menyusul penurunan pendapatan yang terus menerus terjadi. Akibat hal ini, 33 ribu pekerja gerai ritel tersebut berisiko kehilangan pekerjaan.
CEO Toys 'R' Us David Brandon mengaku telah memberitahu pegawai perusahaan tentang kondisi yang terjadi. Melansir laman CNNMoney, Kamis (15/3/2018), keputusan ini tampaknya merupakan akhir perjalanan dari gerai ritel mainan terkenal di Amerika Serikat tersebut.
Selama hampir setengah abad, Toys 'R' Us telah memasok mainan ke sebagian besar anak-anak di negara Paman Sam. Kemunduran gerai ritel mainan ini diprediksi karena semakin meningkatnya dominasi dari perusahaan e-commerce.
Advertisement
Tak Untung Sejak 2012
Sebelumnya, pada September 2017, Toys 'R' Us mengajukan bangkrut ke pemerintah AS. Hal ini dilakukan sebagai harapan bisa memangkas utang dan memanfaatkan investasi yang ada.
Sayang, hal itu tidak berjalan sesuai rencana. Alhasil, pada Januari 2018, Toys 'R' Us mengatakan akan menutup 182 gerainya yang tersebar di beberapa tempat di Amerika Serikat.
Perusahaan ini tercatat tidak lagi membukukan keuntungan tahunan sejak 2012. Sumber terpercaya perusahaan mengungkap, Toys 'R' Us juga telah kehilangan USD 2,5 miliar sejak itu.
Perusahaan tersebut diambil alih oleh raksasa ekuitas swasta KKR, Bain Capital dan perusahaan investasi real estat Vornado pada tahun 2005. Bersama-sama mereka membayar USD 6,6 miliar, namun sayang Toys 'R' Us kembali terbelit hutang sebesar USD 5,3 miliar.
Advertisement