JK: Tak Mudah Bersaing dengan China

Indonesia bisa memanfaatkan kondisi perang dagang AS dan China.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mar 2018, 18:30 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2018, 18:30 WIB
Wapres Jusuf Kalla
Wapres Jusuf Kalla (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden, Jusuf Kalla (Wapres JK) mengatakan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dapat berpengaruh terhadap perekonomian global. JK menjelaskan efek tersebut akan berdampak luas bagi perekonomian, termasuk Indonesia.

"Semua perang dagang, apalagi dengan negara-negara besar, seperti Amerika dengan China, negara ekonomi nomor satu dan negara ekonomi nomor dua di dunia ini, kalau terjadi (perang dagang) akan menimbulkan impact yang luas," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (27/3/2018). 

JK menjelaskan, perang dagang antara Amerika Serikat dan China juga berdampak ke Indonesia. Dia mencontohkan Indonesia mengekspor bahan dasar bijih besi ke China. Namun saat ini, industri dari China itu harus membangun smelter.

"Itu bisa pengaruhnya harga turun, bisa juga naik. Karena bisa terjadi khususnya di Amerika pasti naik, tapi harga di luar negeri bisa turun. Nah kita bisa terpengaruh akibat China permintaannya bisa turun," ia menerangkan. 

JK menjelaskan, Indonesia bisa memanfaatkan perang dagang untuk meningkatkan produksi komoditas yang berdampak pada kebijakan untuk diekspor. Akan tetapi, kata dia, Indonesia tidak mudah bersaing dengan China, salah satunya di sektor baja.

"Ya, tapi tidak mudah bersaing dengan China, seperti baja itu dia sangat murah," pungkas JK. 

 

Reporter : Intan Umbari Prihatin

Sumber : Merdeka.com

Kenakan Tarif Impor USD 60 Miliar, Trump Hukum China

Donald Trump Tinjau Tembok Prototipe di San Diego
Presiden AS, Donald Trump meninjau prototipe tembok perbatasan AS dan Meksiko yang kontroversial di San Diego, Selasa (13/3). Prototipe tembok perbatasan Trump memiliki tinggi sekitar 9 meter, dengan puncak yang tebal dan bundar. (MANDEL NGAN / AFP)

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memicu perang dagang dengan China. Ia menerapkan tarif sekitar USD 60 miliar atau sekitar Rp 827,34 triliun (asumsi kurs Rp 13.789 per dolar Amerika Serikat) bagi produk China.

Penerapan tersebut dinilai untuk pertama kalinya paling banyak. Donald Trump menandatangani memorandum eksekutif pada Kamis waktu setempat. Memorandum tersebut berisi tarif USD 60 miliar terhadap impor China.

“Ini adalah pertama dan banyak dari aksi perdagangan yang dilakukan,” ujar Trump saat menandatangani memo tersebut, seperti dikuti dari laman CNBC, Jumat (23/3/2018).

Langkah Trump tersebut dirancang untuk menghukum China atas praktik perdagangannya. Pemerintahan AS di bawah Donald Trump menilai China mencuri kekayaan intelektual  perusahaan-perusahaan AS. Trump menargetkan produk-produk tertentu di sektor teknologi dengan Tiongkok memiliki keunggulan atas AS.

Langkah baru ini mengikuti dari investigasi yang dilakukan Penasihat Trump di bidang perdagangan AS Robert Lighthnizer. Dinilai praktik perdagangan China berpotensi tidak adil kepada AS.  Lightizer akan menerbitkan daftar produk China yang dikenakan tarif dalam 15 hari ke depan. Kemudian kembali ditinjau dalam 30 hari.

Lighthizer menuturkan, bagaimana pun China akan membalas terhadap tarif dengan menargetkan produk pertanian AS yang bergantung pada ekspor China. Pemerintahan AS sebelumnya isyaratkan tarif berlaku setidaknya USD 30 miliar dalam impor China.

Lighthizer mengatakan, produk-produk China yang akan dikenakan tarif baru antara lain barang aeronautika, rel, kendaraan energy baru dan produk berteknologi tinggi. Menurut sumber CNBC, Trump akan mempertimbangkan tindakan lebih lanjut terhadap China dalam dua minggu.

Sementara itu, Chairman House Ways and Means Committee dari partai Republik Kevin Brady menuturkan, presiden AS Donald Trump harus berhati-hati dari dampak pengenaan tarif baru ke barang-barang China.

Aksi proteksi dagang oleh AS memperburuk kekhawatiran pasar. Lantaran dapat memicu perang dagang global usai Trump memberlakukan tarif pada baja dan aluminium pada 8 Maret.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya