Penyerapan Tenaga Kerja di Era Jokowi Belum Maksimal

Tingginya pembangunan infrastruktur yang digenjot Jokowi faktanya tidak menyerap tenaga kerja di sektor tersebut secara baik.

oleh Bawono Yadika diperbarui 28 Apr 2018, 20:30 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2018, 20:30 WIB
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira. (Bawono/Liputan6.com)
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira. (Bawono/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan lapangan kerja baru di Indonesia lebih banyak didorong oleh tingginya pertumbuhan di sektor transportasi. Sedangkan Sektor konstruksi justru tidak menyerap tenaga kerja yang besar dibandingkan dengan industri transportasi.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menyatakan penyerapan tenaga kerja RI di era Presiden Joko Widodo cenderung turun dibanding pemerintahan di Era Susilo Bambang Yudhiyono (SBY).

Ia menyebutkan tingginya pembangunan infrastruktur yang digenjot Jokowi faktanya tidak menyerap tenaga kerja di sektor tersebut secara baik.

"Di era kepemimpinan Jokowi-JK dibanding SBY-Boediono penyerapan tenaga kerja manufaktur kita tidak menyenangkan. Pertumbuhan manufaktur kita mengalami deindustrialisasi kok, tidak meningkat," tuturnya di Jakarta (28/4/2018).

"Pertanian itu justru penyerapan tenaga kerja minus, manufaktur enggak begitu bagus, ternyata transportasi yang bagus, rata-rata ada kenaikan 160 ribu orang per tahun, karena momentumnya banyak transportasi online. Di total mungkin ada 1,9 juta driver sekarang. Itu yang menyelamatkan tenaga kerja sebenarnya bukan tenaga kerja asing (TKA)," tambah Bhima.

Bhima lebih jauh mengungkapkan kenaikan penyerapan tenaga kerja ini bukan disebabkan oleh pemerintah melainkan karena sektor swasta yaitu transportasi online saat ini.

"Transportasi online ini tumbuh secara natural tanpa adanya dukungan dari pemerintah, justru dengan adanya peraturan-peraturan pemerintah ini terkesan menghalangi transportasi online. Jadi jangan mengklaim adanya penyerapan tenaga kerja yang gede ini karena pemerintah apalagi tenaga kerja asing," ujarnya.

 

Penyerapan Tenaga Kerja

Ribuan Ojek Online Konvoi Menuju Istana Merdeka
Ribuan pengemudi ojek online melakukan konvoi di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (27/3). Mereka bergerak dari IRTI Monas menuju seberang Istana Merdeka untuk menuntut Pemerintah melakukan rasionalisasi tarif. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Ia juga menambahkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor konstruksi di era kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla jauh di bawah era pemerintahan SBY-Boediono.

"Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir 2,1 juta penambahan tenaga kerja itu memang betul, tapi penyerapan tenaga kerja sektor konstruksi itu hanya 134 ribu orang, ini jauh di bawah dari era SBY-Boediono yang 486 ribu orang," ungkapnya.

Terakhir, Bhima menekankan bahwa pertumbuhan dari sektor transportasi di Indonesia telah membantu mendorong kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal.

"Yang mendorong kesempatan kerja di era Jokowi adalah sektor transportasi rata-rata serap 169 ribu orang tenaga kerja. Ini kita analisis karena berkembangnya transportasi online bukan karena lapangan kerja yang diciptakan lewat kebijakan pemerintah. Ini yang menyelamatkan perekonomian kita bukan karena tenaga kerja asing," tandas Bhima.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya