Pengusaha Alas Kaki Minta Pemerintah Tuntaskan Perundingan RI-EU CEPA

Dengan ada perjanjian perdagangan bebas semacam itu, bakal meningkatkan daya saing industri Indonesia, khususnya industri alas kaki di pasar global.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mei 2018, 20:40 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2018, 20:40 WIB
Pengusaha alas kaki.
Suasana saat perajin memproduksi sepatu di sebuah rumah industri di Jakarta, Selasa (6/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha alas kaki meminta pemerintah segera menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas seperti Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA).

Dengan ada perjanjian perdagangan bebas semacam itu, bakal meningkatkan daya saing industri Indonesia, khususnya industri alas kaki di pasar global.

"Kita mau dorong competitiveness-nya. Bisa ada free trade agreement, sehingga kita butuh seperti Indonesia-EU CEPA," ujar Wakil Ketua Sport Shoes dan Hubungan Luar Negeri Aprisindo, Budiarto Tjandra di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Dia menjelaskan, jika Indonesia menjalin kerja sama dengan Uni Eropa, maka bea masuk ekspor alas ke Eropa dapat menjadi 0 persen. Sementara itu tanpa FTA, dikenakan bea masuk ekspor alas kaki sebesar 11 persen.

Karena itu, perjanjian perdagangan bebas menurut dia bakal berpengaruh pada harga sepatu asal Indonesia yang masuk ke negara lain. Tanpa perjanjian perdagangan alas kaki Indonesia akan lebih mahal dibandingkan produk alas kaki dari negara eksportir lainnya.

Sebagai contoh, dia membandingkan Indonesia dengan Vietnam. Negara ini sudah menandatangani Free Trade Agreement dengan Eropa. Walau belum diimplementasikan karena belum efektif, tapi itu mempengaruhi para pembeli dari luar.

"Ada pemain selain Indonesia. Pembeli sensitif pada harga, beda 20 sen saja mereka bisa kabur. Vietnam secara trade agreement lebih maju. Dengan Uni Eropa mereka sudah conclude. Kita sudah terlalu lama EU CEPA," tegasnya.

Padahal menurut Tjandra, Uni Eropa termasuk pasar utama produk alas kaki Indonesia, mengingat 31 persen ekspor alas kaki Indonesia adalah ke Eropa.

Untuk diketahui, Perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA). Indonesia-EU CEPA merupakan perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa.

Perundingan telah memasuki putaran keempat yang berlangsung pada 19-23 Februari 2018 di Surakarta, Jawa Tengah dan ditargetkan dapat disepakati pada tahun ini.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

Ekspor Alas Kaki RI Tembus 4,5 Miliar Euro di 2017

Suasana saat perajin memproduksi sepatu di sebuah rumah industri di Jakarta.
Perajin memproduksi sepatu di sebuah rumah industri di Jakarta, Selasa (6/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menyatakan kinerja ekspor alas kaki Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ekspor alas kaki nasional mencapai 4,526 miliar Euro pada 2017. Angka ini naik dari nilai ekspor sebelumnya sebesar 4,192 miliar Euro.

Ketua Umum Aprisindo, Eddy Widjanarko mengatakan peningkatan ekspor alas kaki Indonesia terus meningkat sejak 2013. Adapun pada 2013, ekspor alas kaki Indonesia bernilai 2,906 miliar Euro, naik di 2014 menjadi 3,091 miliar Euro, dan pada 2015 naik menjadi 4,060 miliar Euro.

"Ini membawa Indonesia untuk di Asia Pasifik menjadi eksportir alas kaki nomor 3 setelah China dan Vietnam," ungkapnya dalam Konferensi Pers, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (3/5/2018).

Meskipun demikian, Wakil Ketua Bidang Sport Shoes dan Hubungan Luar Negeri Aprisindo, Budiarto Tjandra mengatakan industri alas kaki dalam negeri perlu terus meningkatkan produktivitas mengingat nilai ekspor Indonesia yang masih kalah jauh.

Berdasarkan data Aprisindo, nilai ekspor alas kaki China pada 2017 mencapai  44, 886 miliar Euro. Sedangkan nilai ekspor alas kaki Vietnam menembus angka 15,347 miliar Euro.

"Bagaimana kita tingkatkan (industri alas kaki Indonesia). Kita lihat kompetitor kita, sekarang, Vietnam sudah belasan miliar euro. Kita naik, tapi naik sedikit-sedikit," jelasnya.

Tjandra pun mengatakan bahwa potensi industri alas kaki di Indonesia masih sangat besar. Apalagi didukung dengan minat investor untuk menanamkan modal di sektor ini cukup tinggi.

"Industri sepatu ini dalam 2 terakhir investasi baru masuk di Jawa Tengah, sebagian di Jawa Timur. Ada 13 perusahaan besar. Itu (investasi) yang baru atau dia ekspansi atau buka pabrik lagi," tandasnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya