Ada Ide Gabungkan Bank BUMN Syariah, Ini Kata Bos Pegadaian

Dirut Pegadaian tidak setuju dengan ide menyatukan bank-bank BUMN syariah

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2018, 15:15 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 15:15 WIB
Direktur Utama Pegadaian Sunarso
Direktur Utama Pegadaian Sunarso berpose usai diwawancara oleh Liputan6.com di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, Rabu (11/4). (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pegadaian (Persero) mengaku tidak setuju dengan ide menggabungkan beberapa bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) syariah. Alasannya upaya pengembangan industri keuangan tidak semata-mata dilakukan dengan merger.

"Kenapa syariah itu lambat? Ada yang bilang, 'oh kita tidak punya bank syariah yang besar', sehingga perlu menggabungkan yang kecil-kecil menjadi bank yang besar. Saya tidak setuju. Kenapa? Itu makin memperburuk keadaan," ungkap Direktur Utama Pegadaian, Sunarso dalam Seminar Nasional, di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (15/5/2018).

Mantan Wakil Direktur Utama Bank BRI ini berharap pemerintah teliti mempertimbangkan kebijakan merger bank BUMN syariah karena akan berdampak pada pasar keuangan syariah di Indonesia.

"Kalau di merger jadi satu, di pasar, mau main sama siapa? Jadi hati-hati dengan ide menyatu-nyatukannya, me-merger-kan (bank syariah). Yang kecil-kecil itu harus dikembangkan menjadi besar," tegas dia.

"Kecuali kita gabungkan dua atau tiga bank syariah besar, baru kita mainkan di pasar global. Segmen market global," lanjutnya.

Salah satu upaya mengembangkan industri syariah mikro, kata Sunarso, dapat ditempuh dengan melakukan digitalisasi. Salah satu keuntungannya adalah industri keuangan syariah bakal menjadi lebih transparan.

Meskipun demikian, perlu ada sosialisasi lebih luas lagi terkait digitalisasi industri keuangan syariah. Sebab, industri kecil memang belum terlalu terbiasa dengan tuntutan administrasi yang memang sangat dibutuhkan dalam rangka transparansi.

"Transparansi di industri keuangan syariah. Solusinya digital. Pemain besar sudah terbiasa dengan administrasi. Kalau kita alihkan segmen ke mikro, kita butuh edukasi mereka untuk tertib administrasi, tertib manajemen, tertib governance," tandasnya.

 

Reporter : Wilfridus Setu Embu

Sumber : Merdeka.com

Industri Keuangan Syariah RI Disebut Lamban, Ini Buktinya

Ilustrasi Bank
Ilustrasi Bank

Industri keuangan syariah di Indonesia dinilai masih bergerak lambat. Kondisi tersebut bisa terlihat dari pangsa pasar perbankan syariah yang masih sangat kecil jika dibandingkan dengan total pangsa pasar perbankan nasional.

"Perkembangan keuangan syariah di Indonesia lambat. Market share perbankan syariah hanya 5,78 persen dari total perbankan nasional. Industri keuangan nonbank lebih parah lagi market share-nya sekitar 4 persen," ungkap Direktur Utama PT Pegadaian (Persero), Sunarso, di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (15/5/2018).

Sementara total dana masyarakat yang berhasil dikumpulkan perbankan syariah baru sekitar Rp 341 triliun dibandingkan total dana masyarakat di industri perbankan nasional sebesar Rp 5.289 triliun.

"Total kredit yang disalurkan perbankan nasional Rp 4.782 triliun. Penyaluran kredit perbankan syariahRp 291,18 triliun," tutur Sunarso. 

Salah satu alasan lambannya pertumbuhan industri keuangan syariah karena masih belum padu dan terintegrasinya peraturan yang dikeluarkan.

"Ada apa dengan keuangan syariah di Indonesia. Tidak berkembangnya keuangan syariah di Indonesia menurut saya karena terlalu banyak yang mau atur syariah. Terlalu banyak stakeholder yang mau me-regulate masing-masing. Jadi harus jadikan satu. Keluar dari satu pintu," tutur Sunarso. 

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya