Ini Alasan Pemerintah Impor Beras Jilid II

Pemerintah memutuskan menambah impor beras sebanyak 500 ribu ton. Apa sih alasannya?

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mei 2018, 19:04 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2018, 19:04 WIB
20150910-Darmin Nasution
Menko Perekonomian Darmian Nasution (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memberikan izin impor beras jilid kedua pada tahun ini kepada Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) sebanyak 500 ribu ton.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, izin impor kedua tersebut diberikan dalam rangka stabilisasi harga beras di pasar.

"Jangan tanya (dapat menjaga pasokan beras) berapa lama. Kita lihat harga beras sudah turun belum. Artinya yang medium itu masih Rp 10.500, padahal HET (harga eceran tertinggi) Rp 9.450," ungkapnya ketika ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (16/5/2018).

Darmin menegaskan, kedatangan beras 500 ribu ton beras impor jilid dua tersebut tidak akan mengganggu produksi beras dalam negeri dari panen raya.

"Panen itu September-Oktober. Kemarin (impor 500 ribu ton beras yang pertama) ini waktu datang bulan April enggak ada apa-apa," mantan Gubernur Bank Indonesia ini menjelaskan.

"Makanya kita perhatikan seperti apa perkembangan harga beras, seperti apa perkembangan produksi, kita tidak akan lakukan itu, kalau itu akan membuat harga jatuh terlalu jauh," tutur Darmin.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Bulog: Stok Beras Aman hingga 6 Bulan

Beras Bulog
Pekerja menurunkan beras bulog di Pasar Induk Cipinang (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perum Bulog kembali memastikan, stok beras nasional di gudangnya aman jelang Ramadan. Adapun kisaran jumlah stok pada saat ini sekitar 1,2 juta ton.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Karyawan Gunarso menyampaikan, jumlah stok beras yang mereka kelola senantiasa berubah secara jumlah, dari waktu ke waktu.

"Stok Bulog itu ada dua, yang cadangan beras pemerintah (CBP) dan beras komersial. Itu jumlahnya tidak diam, setiap jam terus bergerak. Pengadaan serapan lokal bergerak," tutur dia di Kemenkominfo, Jakarta, pada 11 Mei 2018. 

Dia menyebutkan, Perum Bulog kini memiliki 1,2 juta ton stok beras. Dia menuturkan, ketersediaan itu terhitung cukup bahkan berlebih untuk Ramadan, dan bisa menyanggupi kebutuhan beras nasional hingga enam bulan ke depan.

Dari data yang Liputan6.com himpun di situs bulog.co.id, jumlah cadangan beras yang mereka kelola per 8 Mei 2018 masih berjumlah di bawah 1,2 juta ton, yakni sekitar 1,09 juta ton.

Lebih lanjut, Karyawan mengungkapkan, Rapat Koordinasi Nasional Februari 2018 memutuskan Perum Bulog harus memiliki cadangan beras pemerintah antara 1-1,5 juta ton. "Begitu 1,5 juta ton tercapai, itu sudah sangat maksimal," ucap dia.

Karyawan menyebutkan, Perum Bulog saat ini memiliki 1.553 gudang, dengan 133 di antaranya merupakan Gudang Daerah Terpencil (GDT). Keseluruhan gudang itu memiliki kapasitas daya tampung beras mencapai 4 juta ton.

Sementara itu, ketika ditanya mengenai program beras kemasan 5 kg-10 kg-25 kg dan beras renceng 200 gram, dia menjawab itu sudah mulai tersalurkan ke masyarakat. Untuk beras renceng kemasan, ia menuturkan itu adalah salah satu strategi marketing Perum Bulog untuk mempermudah penyaluran beras.

"Itu adalah salah satu strategi marketing kami. Bulog melihat peluang pasar lain, enggak hanya yang 5 kg, 10 kg dan 25 kg. Trennya masyarakat ingin simpel, ingin mudah, tinggal sobek dan langsung  bisa dimasak, jadi kita sediakan itu," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya