Kisah Poniman, Bos Susu Kambing yang Dapat Modal Rp 500 Juta dari ULaMM

Poniman bisa mengembangkan usaha susu kambing dengan sukses.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Agu 2018, 08:30 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2018, 08:30 WIB
Poniman, nasabah ULaMM pemilik usaha susu kambing di Yogyakarta.
Poniman, nasabah ULaMM pemilik usaha susu kambing di Yogyakarta. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Yogyakarta - Poniman (41), warga desa Kemirikebo, Sleman, Yogyakarta, berhasil melakukan ekspansi bisnisnya setelah menjadi salah satu nasabah Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM). Berpijak pada usaha susu kambing dan membantu mempekerjakan para perempuan setempat.

Sebelumnya, keluarga Poniman secara turun-temurun mengurus bisnis jual beli daging ternak saja. Kemudian, Poniman turun tangan untuk mengambil alih dan mengembangkannya.

"Dari susu kambing ternyata bisa dimnaafaatkan menjadi susu bubuk, karamel, kerupuk. Ini dari konvensional, kita kembangkan lagi," ujarnya pada acara kunjungan PT Permodalan Nasional Madani Persero atau PNM, Kamis (9/8/2018) di Yogyakarta.

Inovasi Poniman berbuah baik, pasalnya ia mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah untuk diajarkan pengolahan pangan. Jika dulunya hanya berbisnis ternak saja, sekarang Poniman menjadi pemilik Etawa Agro Prima. Dia pun mendapatkan modal sebesar Rp 500 juta melalui ULaMM.

Saat pertama kali ikut ULaMM empat tahun lalu, ia mendapat modal sebesar Rp 200 juta. Karena potensi bisnisnya bagus, penyaluran modal saat ini sudah mencapai Rp 500 juta.

"Kita pakai (dana) untuk pengembangan. Kita support peternaknya agar bisa membeli kambing lagi," jelasnya. Ia mengungkapkan ada 100 sampai 150 peternak kambing yang menyuplai susu kambing. Masing-masing peternak memiliki setidaknya 10 kambing yang bisa memproduksi susu setiap hari antara 4 - 6 bulan bila perawatannya bagus.

Susu kambing dari peternak dibeli Rp 15.000 per liter. Poniman tidak menetapkan target liter yang harus disetor, karena disesuaikan kemampuan peternak. Jumlah setoran susu kemudian diakumulasikan pada akhir bulan untuk dibayar.

"Susu sapi sendiri kan Rp 5.000 (per liter) sekarang. Ini tiga kali lipat karena mungkin sekarang susu kambing memang ngetren," jelas pria yang memimpin 35 pegawai ini dan membudidayakan salak organik ini.

Poniman menyebut, tantangan berat dalam bisnis ini adalah mengubah pola bisnis masyarakat setempat. Pada awalnya, ide susu kambing ternyata tidak populer. Sampai akhirnya, ia berhasil meyakinkan masyarakat untuk bertransformasi dari peternak menjadi pengolah pangan.

Mengirim Produk ke Luar Jawa

Pegawai di toko milik Poniman.
Pegawai di toko milik Poniman. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Setiap hari, usahanya mampu mengolah sampai 300 liter susu kambing yang utamanya diproduksi menjadi susu bubuk, di samping ia menyediakan produk permen karamel (coklat, stroberi, vanila, jahe, dan original) dan, bila ada pesanan, kerupuk dari susu kambing.

Dengan 30 pegawai yang bertugas dalam pengolahan, usaha Poniman mampu mengolah 300 liter susu kambing menjadi 1 kwintal susu bubuk. Selanjutnya, dilakukan pengepakan dengan takaran 0,25 kilo (250 gram) per pack.

Harganya per pack dibedakan sesuai kadar gulanya. Susu kambing bubuk dengan gula biasa dibanderol seharga 20 ribu, gula batu Rp 25 ribu, gula aren Rp 30 ribu (low sugar), dan tanpa gula Rp 75 ribu.

Poniman juga berhasil mengirim produk-produknya ke luar Jawa. "Surabaya sudah, Jakarta sudah, Lampung, paling jauh kita Kalimantan," jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya