Pertamina Evaluasi Harga Pertamax Cs di September 2018

Pertamina belum mengajukan usulan harga baru ke Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk periode September 2018.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Agu 2018, 17:15 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2018, 17:15 WIB
Harga BBM.
Pengendara antre untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Abdul Muis, Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) sedang mengevaluasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi untuk periode September 2018.

Vice President Retail Fuel Marketing Pertamina Jumali ‎mengatakan, setelah menaikkan harga BBM pada Juli 2018, Pertamina kembali mengevaluasi harga yang ditetapkan saat ini.

Langkah ini untuk mengambil keputusan penetapan harga pada September 2018. "Sedang dievaluasi kan kemarin kan baru naik Juli," kata Jumali, di Jakarta, Selasa (14/8/2018).

Menurut Jumali, Pertamina belum mengajukan usulan harga baru ke Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk periode September 2018, sebab penetapan harga belum jadi keputusan. "Sedang kita evaluasi secara internal," tegasnya.

Seperti diketahui, Pertamina menaikkan harga Pertamax Cs mulai 1 Juli 2018 pukul 00.00 WIB. Kenaikan harga bahan bakar minyak nonsubsidi itu akibat terus meningkatnya harga minyak dunia.

"Minyak mentah itu lebih dari 90 persen untuk pembentukan harga. Apalagi sekarang kita sudah jadi negara pengimpor minyak," kata Vice President Corporate Communication, Adiatma Sardjito saat dihubungi Liputan6.com.

Tak hanya harga minyak yang meroket, kenaikan harga Pertamax Cs juga dipicu menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah. "Meski kontribusinya tidak begitu besar," terang dia.

Khusus di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta, Jawa Barat dan Banten, harga Pertamax naik Rp 600 menjadi Rp 9.500 per liter. Kemudian harga Pertamax Turbo naik Rp 600 menjadi Rp 10.700 per liter.

Sementara harga Pertamina Dex naik Rp 500 menjadi Rp 10.500 per liter. Harga Dexlite naik Rp 900 menjadi Rp 9.000 per liter. Sedangkan Pertamax racing tetap Rp 42.000, dan Pertalite masih dibanderol Rp 7.800 per liter. Harga solar nonsubsidi, premium dan biosolar juga tak berubah.

Tak hanya di Jawa Bagian Barat, Pertamina juga menyesuaikan harga untuk harga BBM nonsubsidi di seluruh provinsi di Indonesia. Namun, lanjut Adiatma, ada juga 2 provinsi yang turun harga yaitu Maluku dan Maluku Utara."Alasannya karena daya beli di sana rendah dan konsumsinya juga kecil. Dengan turunnya harga, semoga bisa meningkatkan konsumsi di sana," terangnya.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Pertamina Gandeng Telkom buat Terapkan Sistem Penyaluran Digital

SPBU di Banggai (Dok Foto: Maulandy Rizky Bayu Kencana/Liputan6.com)
SPBU di Banggai (Dok Foto: Maulandy Rizky Bayu Kencana/Liputan6.com)

PT Pertamina (Persero) menggandeng PT Telkom Indonesia (Persero) atau disebut Telkom untuk membangun sistem digital dalam penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM).  

Rencana ada 5.518 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang akan menerapkan sistem tersebut.

‎Senior Vice President Corporate ICT Pertamina, Jeffrey Tjahja Indra mengatakan, Pertamina dengan Telkom sepakat bersinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk membangun sistem digital dalam penyaluran BBM di Indonesia. 

Dia melanjutkan, dipilihnya Telkom sebagai mitra untuk menggarap sistem tersebut, karena Telkom memiliki kemampuan dalam membangun‎ sistem digital.

"Kami dibantu PT Telkom, kami menyadari Pertamina tidak punya kapabilitas menjangkau seluruh Indonesia, karena Pertamina perusahaan energi, karena itu kita gandeng PT Telkom," kata Jeffrey, di Kantor BPH Migas, Jakarta, Senin (13/8/2018).

Direktur enterprise and business Telkom, Dian Rachmawan mengatakan, untuk biaya penerapan sistem digital pada penyaluran BBM belum ditetapkan‎, Pertamina dan Telkom akan menghitung bersama. Termasuk mekanisme pembayaran dari Pertamina ke Telkom atas penerapan sistem tersebut.

"‎Jadi 3 hari dari sekarang ada perumusan angaran, konsep bisnis modalnya bagaimana nanti dirumuskan kami dengan Pertamina. Karena kontrak sedang disusun antar tim akan didiskusikan bareng," tutur dia.

‎Dian menuturkan, Telkom akan mendukung rencana penerapan sistem digital pada SPBU, karena telah memiliki infrastruktur digital.

Namun untuk memenuhi target penerapan sistem digital pada 5.518 SPBU di seluruh Indonesia, merupakan tugas yang berat. Meski begitu, perusahaan tersebut berupaya secepat mungkin.

"Telkom membantu sinergi BUMN, digitalisasi ini dilakukan Telkom. Apa yang disebut tadi 5.518 sampai akhir desember selesai, kami akan melihat berapa SPBU yang diselesaikan satu hari. Kami punya plasma seluruh Indonesia, pekerjaan ini berat menantang kami akan melakukan secepat mungkin," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya