Telkom Beberkan Alasan Pakai Nama Merah Putih untuk Satelit Terbaru

Ternyata, ada kisah menarik di balik penamaan satelit terbaru dari Telkom, yakni Satelit Merah Putih.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 08 Agu 2018, 10:30 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2018, 10:30 WIB
Satelit Merah Putih
Proses peluncuran satelit Merah Putih dari SpaceX Cape Canaveral, Air Force Station, Florida, Amerika Serikat (AS). (Doc: SpaceX)

Liputan6.com, Jakarta - Telkom baru saja meluncurkan satelit terbaru yang diberi nama Satelit Merah Putih. Satelit itu resmi meluncur dari Cape Canaveral, Air Force Station, Florida, Amerika Serikat (AS), pada Selasa (7/8/2018).

Penggunaan nama Merah Putih sendiri ternyata menyimpan kisah tersendiri. Awalnya, menurut Manajer Proyek Satelit Merah Putih Ricky Sunandar, penamaan satelit ini mengikuti pola yang sudah ada.

Seperti diketahui, satelit terakhir Telkom yang meluncur adalah Telkom 3S. Karenanya, nama awal satelit ini adalah Telkom 4, mengikuti penamaan satelit sebelumnya.

"Saat awal kontrak, nama satelit ini adalah Telkom 4. Lalu, BOD memiliki inisiatif untuk memberikan nama lain dan dibuat sayembara internal. AKhirnya, terpilih nama Merah Putih," tuturnya saat ditemui di kantor Telkom di Jakarta, Selasa (8/8/2018).

Satelit Merah Putih sendiri dibekali dengan kemampuan yang lebih baik dari satelit generasi sebelumnya. Salah satunya adalah kapasitas yang lebih besar.

Satelit ini membawa 60 transponder. 24 standar C-Band akan mencakup Indonesia termasuk Asia Tenggara, 12 extended C-Band di wilayah yang sama, ditambah 24 standar C-Band akan mencakup wilayah Asia Selatan.

"Perbedaan lain antara Merah Putih dengan satelit sebelumnya, yakni sudah mulai penetrasi go international karena ada 24 standar C-Band yang mencakup wilayah Asia Selatan," tutur Ricky.

Adapun hingga akhir tahun ini sudah 18 dari 60 transponder yang dipesan oleh pelanggan. Ada beberapa sektor yang disebut siap memanfaatkan layanan satelit Merah Putih ini, mulai dari perbankan hingga sektor konsumer.

Satelit Merah Putih saat ini masih menempuh perjalanan 11 hari untuk tiba di orbit, lalu dilakukan serangkaian tes untuk memastikan semua berjalan lancar. Ricky menuturkan pengujian ini setidaknya membutuhkan waktu 25 hari.

"Kira-kira 15 September baru akan diserahkan dari manufaktur satelit (SSL) ke kami. Lalu, pada 16 September sudah bisa kita jalankan dan me-loading satelit ini," ujarnya menjelaskan.

Ini Teknologi Canggih di Balik Peluncuran Satelit Merah Putih

Menteri BUMN Rini Soemarno dan Dirut Telkom Indonesia Alex Sinaga meninjau langsung Satelit Merah Putih di SpaceX, Cape Canaveral Air Force Station, Florida. (Dok Kementerian BUMN)
Menteri BUMN Rini Soemarno dan Dirut Telkom Indonesia Alex Sinaga meninjau langsung Satelit Merah Putih di SpaceX, Cape Canaveral Air Force Station, Florida. (Dok Kementerian BUMN)

Peluncuran Satelit Merah Putih juga memanfaatkan teknologi terkini dari SpaceX. Alasannya, peluncuran satelit ini menggunakan Block 5, booster terbaru untuk Falcon 9.

Versi terbaru Falcon 9 ini memang ditargetkan dapat terbang bolak-balik hingga 10 kali, bahkan 100 kali. Pertama kali diperkenalkan, Block 5 didesain untuk kendaraan antariksa yang membawa manusia dan mampu digunakan berulang kali tanpa perombakan besar-besaran.

Teknologi yang dimiliki SpaceX ini pula yang menjadi alasan Telkom melakukan kerja sama. Menurut Direktur Human Capital Management Telkom Hardy R. Harman, penggunaan teknologi ini menawarkan biaya yang lebih murah.

Untuk informasi, Satelit Merah Putih merupayakan upaya penerbangan ulang pertama dari Block 5. Sebelumnya, booster ini pernah dipakai untuk meluncurkan satelit milik Bangladesh pada Mei 2018.

Landasan Of Course I Still Love You

Satelit
Satelit Merah Putih. (Foto: Telkom)

Usai mengantarkan Satelit Merah Putih ke angkasa, roket ini berhasil mendarat dengan selamat di Bumi, tepatnya di landasan “Of Course I Still Love You" di Samudra Pasifik.

"Untuk peluncuran dengan SpaceX, biaya yang dikeluarkan memang lebih hemat, hingga 60 persen. Hal itu dimungkinkan karena roket tersebut dapat dipakai kembali," tuturnya ditemui di kantor Telkom Indonesia di Jakarta, Selasa (7/8/2018).

Secara total, biaya investasi yang digelontorkan Telkom dalam proyek satelit ini juga lebih sedikit ketimbang generasi sebelumnya. Hardy menuturkan, penghematan keseluruhan dalam proyek ini mencapai 40 persen dari biaya yang dikeluarkan untuk Telkom 3S.

(Dam)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya