Kantor Perwakilan BI di Lombok Tetap Beroperasi Meski Terkena Gempa

BI tetap melayani kegiatan penarikan dan setoran tunai perbankan maupun transaksi non tunai untuk memastikan sistem pembayaran di Provinsi NTB tetap berjalan lancar.

oleh Merdeka.com diperbarui 16 Agu 2018, 17:01 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2018, 17:01 WIB
Ilustrasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia.
Ilustrasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi memastikan jika kegiatan operasional bank sentral tetap berjalan alias tidak akan banyak terganggu bencana gempa Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB).

"Dalam memberikan layanan terhadap masyarakat, dapat kami sampaikan bahwa pasca gempa Lombok, kegiatan operasional di Kantor Perwakilan Bank Indonesia beserta perbankan tetap berjalan normal," ujar Rosmaya di dalam acara penyerahan bantuan kepada warga Desa Gondang, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Kamis (16/8/2018).

Dia menegaskan bahwa Bank Indonesia tetap melayani kegiatan penarikan dan setoran tunai perbankan maupun transaksi non tunai untuk memastikan sistem pembayaran di Provinsi NTB tetap berjalan lancar.

"Hal ini diharapkan memberikan keyakinan kepada masyarakat luas bahwa lalu lintas sistem pembayaran serta pemenuhan kebutuhan uang dalam pecahan dan jumlah yang cukup dapat mendukung roda perekonomian," kata dia.

Rosmaya menambahkan, bencana gempa Lombok tentunya memberikan dampak yang cukup besar, khususnya terhadap sektor pariwisata di Provinsi NTB.

"Seperti yang kita ketahui, bahwa sampai dengan saat ini sejumlah area wisata seperti 3 Gili ya, seperti Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air dan Taman Nasional Gunung Rinjani yang masih ditutup. Sementara itu, area Senggigi juga masih sepi dari kunjungan wisatawan," ujar dia.

Meskipun demikian, dia yakin sektor pariwisata NTB akan segera pulih dan kembali bangkit seiring dengan proses penanganan dan pemulihan paska bencana.

"Akan segera pulih, mengingat NTB merupakan salah satu destinasi wisata proritas yang dikembangkan pemerintah sebagai langkah untuk mengurangi Current Account Deficit (CAD)," tandasnya.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

BI Waspadai Dampak Krisis Turki

Perry Warjiyo
Gubernur BI Perry Warjiyo

Bank Indonesia (BI) menilai saat ini ketidakpastian ekonomi global meningkat di tengah dinamika pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak merata. 

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, ketidakpastian ekonomi global semakin tinggi dengan munculnya risiko rambatan dari gejolak ekonomi di Turki.

"Gejolak ekonomi Turki disebabkan oleh kerentanan ekonomi domestik, persepsi negatif terhadap kebijakan otoritas, serta meningkatnya ketegangan hubungan Turki dengan AS," kata Perry, di kantornya, Rabu (15/8/2018).

Perry menegaskan, BI akan mewaspadai gejolak yang sedang terjadi di Turki dan faktor eksternal lainnya.

"Termasuk kemungkinan dampak rambatan dari Turki, meskipun diyakini bahwa ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat didukung oleh indikator fundamental ekonomi yang sehat dan komitmen kebijakan yang kuat," ujar dia.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi dunia masih tidak merata. Ekonomi AS diperkirakan tetap tumbuh kuat didukung akselerasi konsumsi dan investasi. Sementara itu, ekonomi Eropa, Jepang dan Tiongkok masih cenderung menurun. 

Dengan perkembangan tersebut, the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS) diprediksi tetap melanjutkan kenaikan Fed Fund Rate (FFR) secara bertahap. Sementara European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan ( BOJ) cenderung masih menahan kenaikan suku bunga.

"Di samping kenaikan suku bunga FFR, meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dipicu oleh ketegangan perdagangan antara AS dan sejumlah negara, yang mendorong kebijakan balasan yang lebih luas, termasuk melalui pelemahan mata uang di tengah berlanjutnya penguatan dolar AS secara global," kata Perry. 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya