Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Bidang Perekonomian), Darmin Nasution menyebut ada yang berbeda pada momen Idul Adha kali ini.
Dia menilai, perbedaan itu nampak jelas pada kondisi ekonomi Indonesia yang saat ini terkena efek gejolak dunia.
"(Apa yang berbeda di Lebaran tahun ini?) Ya barangkali ya tahun lalu dengan tahun ini sebenarnya tidak banyak berbeda tapi memang situasi ekonominya agak berbeda, artinya tahun ini lebih ada gonjang ganjingnya di dunia," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Rabu (22/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Darmin mengatakan, situasi gejolak tersebut secara garis besar terjadi di lingkungan ekonomi secara global. Indonesia sendiri, masih dalam situasi yang dinilai aman.
"Terutama di dunia, kita oke saja, tapi global ini memang tidak bagus sama sekali, artinya ini kita memasuki situasi yang tidak apa banyak hal yang tidak bisa diduga," imbuh dia.
Darmin menegaskan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini dalam keadan baik meskipun telah dibayang-bayangi oleh gejolak ekonomi dunia.
"Saya kira ekonomi dunia saja, tapi kalau ekonomi kita oke, ekonomi kita tidak ada, pertumbuhannya mulai pulih kembali walaupun dibayang-bayangi oleh ekonomi dunia," ujar dia.
"Sepertinya kita harus mengambil langkah-langka untuk membenahi hal-hal yang kena ini dari ekonomi dunianya itu," ujar dia.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Â
Â
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Pertumbuhan Ekonomi RI Dipatok 5,3 Persen pada 2019, Ini Alasannya
Sebelumnya, Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen di tahun 2019. Angka ini lebih kecil dibandingkan target pemerintah pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 5,4 persen.
Staf Khusus Presiden, Ahmad Erani Yustika memperkirakan, pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini berada dikisaran 5,2 persen. Oleh karenanya, dia memandang pertumbuhan ekonomi di 2019 sebesar 5,3 persen dinilai sangat realistis walaupun ada penurunan sebesar 1 persen pada APBN 2018.
Ahmad menjelaskan, kenapa pemerintah tidak ingin menaikan target pertumbuhan ekonomi di 2019. Sebab, dirinya menilai secara kondisi ekonomi global sampai pertengahan tahun 2019, Indonesia akan mengalami beberapa tantangan berat terhadap tekanan eksternal.
"Ekonomi global sampai pertengahan tahun depan bahkan bisa sampai akhir tahun 2019 masih akan ada tantangan tantangan yang berat terutama dari Amerika Serikat. The Fed masih akan terus meningkatkan suku bunga minimal sampai pertengahan tahun depan. Oleh karenanya rintangan dari ekonomi eksternal itu lumayan terjal," jelasnya dalam diskusi Menakar Politik Anggaran RAPBN 2019, di Jakarta, Minggu 19 Agustus 2018.
"Belum lagi ada beberapa negara seperti Turki, ada Argentina yang yang mengalami masalah kondisi ekonominya," tambah dia.
Ahmad mengatakan, dari sisi domestik sebetulnya pemerintah sudah melakukan hal yang cukup baik dengan melihat ukuran situasi ekonomi saat ini. Terbukti dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia.
"Pertumbuhan ekonomi itu jauh lebih tinggi dari pada rata-rata pertumbuhan ekonomi negara negara asia. Lebih tinggi dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand. Itu mencenangkan," kata dia.
Oleh karena itu, dia pun optimistis pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pada 2019 sebesar 5,3 persen dapat terealisasikan. "Satu kita optimis bahwa tahun depan lebh bagus dari tahun ini. Itu terlihat jelas. Karna asumsi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, optimisme nampak di situ. Namun ini optimisme yang terukur bukan optimisme yang kemudian jatuh kepada obsesi yang berlebihan," sebutnya.
"Dengan cara ini pemerintah ingin asumsinya itu kredibel. Pasar melihat asumsi ini realistis dengan segala macem dari eksternal dan internal. Itu latar belakang kenapa pertunbuhan ekonomi tahun depan 5,3 sampai 5,4 persen lebih kepada optimisme betul betul," pungkas Ahmad.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement