Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah masih terus bergejolak bahkan cenderung melemah. Saat ini posisi masih berada di kisaran Rp 14.500-Rp 14.600 per dolar AS.
Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengungkapkan, anjloknya nilai tukar rupiah karena lemahnya daya tahan mata uang Indonesia ini terhadap gejolak yang terjadi, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Rupiah ini adalah akibat dari lemahnya daya tahan rupiah dari goncangan," ujar dia dalam Indosterling Forum di Jakarta seperti ditulis Jumat (17/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, dia menilai selama ini pemerintah terlalu berlebihan dalam membangun infrastruktur tanpa memperhatikan kemampuan keuangan, termasuk kemampuan dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan bahan baku. Dengan demikian untuk menopang pembangunan dibutuhkan impor bahan baku.
"Pemerintah berlebihan dalam membangun infrastruktur tanpa memperhatikan stamina, tanpa memperhatian batas kemampuan yang dimiliki sendiri. Sekarang sudah diakui kecepetan dan coba dari dulu. Jangan kalap bangun infrakstruktur," ungkap dia.
Hal lain yang menyebabkan rupiah semakin sulit untuk bangkit, lanjut Faisal yaitu neraca perdagangan yang cenderung defisit. Memang ekspor nonmigas masih suplus, namun untuk migas cenderung negatif karena impor BBM dan gas.
"Jadi minyak mentah BBM dan gas defisitnya dan sangat besar. Ada migas dan nonmigas. Migasnya defisit besar dan nonmigas surplusnya kurang. Yang menopang rupiah ini ekspor nonmigas dan yang merorongnya migas. surplus nonmigas makin turun.‎ Sekarang ekspor batu bara sesukanya tanpa DMO. Sumber masalahnya apa? Karena kilang enggak jadi-jadi, jadinya impor bahan baku mentah besar," tandas dia.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
BI Prediksi Rupiah di Kisaran 14.400 per Dolar AS pada 2019
Dalam nota keuangan dan RAPBN 2019, pemerintah memprediksi nilai tukar rupiah masih berada di level 14.400 per dolar AS. Prediksi tersebut dengan melihat kondisi ekonomi global yang diperkirakan masih bergejolak.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, BI juga memperkirakan rupiah akan berada pada level 14.4000 per dolar AS sesuai prediksi pemerintah.
"Gambaran kita masih optimistis rupiah stabil di level 14.400 per dolar AS," kata Dody saat ditemui di Gedung DPR RI, Kamis (16/8/2018).
Baca Juga
Dia mengamini bahwa tahun depan ekonomi global masih akan bergejolak. Tidak hanya itu, dorongan dari domestik juga diperkirakan akan turut mempengaruhi.
"Untuk tahun depan memang kita melihat bahwa ada di sisi perkembangan globalnya masih akan ya gejolaknya belum tentu akan selesai kemudian masih ada juga konteks dari domestiknya ada berbagai gelaran besar," ujarnya.
Kendati demikian dia menegaskan fundamental ekonomi Indonesia membaik sehingga gejolak dari dalam maupun dari luar akan mampu diatasi.Â
Advertisement