Pertamina Ambil Alih Pengelolaan Blok South East Sumatera dari China

Hasil produksi gas lapangan South East Sumatera digunakan untuk pembangkit listrik milik PLN di Cilegon.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Sep 2018, 11:15 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2018, 11:15 WIB
Pertamina Kelola Blok Migas Southeast Sumatera
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu (kedua kiri) bersama Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi (kedua kanan) menekan tombol saat serah terima alih kelola WK SES di Pulau Pebelokan, Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (5/9). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pertamina melalui anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE) resmi mengambil alih 100 persen pengelolaan wilayah kerja (WK) South East Sumatera (SES) dari operator lama China National Offshore Oil Corporation (CNOOC). Pengambilalihan tersebut dilakukan tepat Kami s)6/9/2018) pukul 00.00 WIB. 

Blok South east Sumatera dioperasikan oleh PHE Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) sebagai operator baru.

Seremoni alih kelola dilakukan di Pulau Pabelokan, Kabupaten Kepulauan Seribu yang menjadi salah satu lokasi penting dalam operasi lepas pantai di Blok SES.

Acara tersebut dihadiri oleh Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan Samsu, PTH Direktur Utama PHE Huddie Dewanto, dan Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi.

Seremoni alih kelola ditandai dengan pemakaian atribut Pertamina oleh Pekerja yang kini menjadi Pekerja PHE OSES dan penyerahan dokumen alih kelola kepada PHE OSES.

Blok SES merupakan salah satu penghasil minyak dan gas bumi terbesar di Indonesia. Hingga Agustus 2018, tercatat produksi minyak dan gas bumi di Blok SES sebesar 31.120 barel per hari (bph) dan 137,5 juta standard kaki kubik per hari (mmscfd).

“Blok SES memiliki nilai strategis dalam industri migas di tanah air dalam mendukung pencapaian target produksi nasional untuk mencapai ketahanan energi nasional,” ujar Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu, dalam keterangan tertulis.

Hasil produksi gas lapangan South East Sumatera digunakan untuk pembangkit listrik milik PLN di Cilegon. Sedangkan produksi minyak dari Blok SES sebelum alih kelola diekspor seluruhnya. Namun, setelah alih kelola oleh PHE OSES, seluruh produksi minyak akan diproses sepenuhnya di kilang-kilang Pertamina untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri.

Untuk memastikan kelancaran alih kelola pasca-terminasi, Pertamina melalui anak usahanya, PHE telah melakukan kajian operasi dan Quality, Health, Safety, Security & Environment (QHSSE) serta beberapa kali melakukan kunjungan lapangan.

“WK SES merupakan lapangan yang telah mature, sehingga berbagai kajian terkait QHSSE penting agar PHE bisa mengimplementasikan operational excellence di lapangan SES,” ujar PTH Direktur Utama PHE Huddie Dewanto.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Blok Pioner

Pertamina Kelola Blok Migas Southeast Sumatera
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menyerahkan plakat WK SES kepada Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu di Pulau Pebelokan, Kepulauan Seribu, Rabu (5/9). PT Pertamina resmi menjadi operator WK Migas Southeast Sumatera. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Blok SES merupakan salah satu pioneer dalam kontrak bagi hasil (PSC) lepas pantai di Indonesia. Kontrak bagi hasil Blok SES ditandatangani pertama kali pada 6 September 1968 atau kini telah berusia 50 tahun.

Selama beroperasi, Blok SES pernah mengalami masa puncak produksi pada Juli 1991 dengan produksi harian sebesar 244.340 bph.

Pada 20 April 2018, Pertamina mendapatkan penugasan pemerintah untuk mengelola 8 WK yang habis masa kontraknya di tahun 2018. Seratus persen participating interest delapan blok tersebut, salah satunya Blok SES diserahkan kepada Pertamina, dimana secara jangka panjang lapangan yang sudah cukup lama dikelola tersebut, diharapkan dapat memberikan nilai positif bagi ketahanan energi nasional.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, dengan sistem kontrak kerja sama gross split, PHE OSES diharapkan dapat berproduksi dengan lebih efektif dan efisien.

"Komitmen Pasti tiga tahun WK SES sebesar US$130 juta, baik untuk kegiatan eksploitasi maupun eksplorasi diharapkan dapat menambah cadangan terbukti juga meningkatkan produksi," kata dia. 

 

Atasi Penurunan Produksi

ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Dalam empat tahun terakhir, tercatat produksi di blok  SES stabil dan cenderung menurun di kisaran 31 ribu bph karena adanya natural decline.

“Tantangan bagi kami adalah bagaimana mengoperasikan lapangan ini secara efisien tanpa mengesampingkan aspek HSSE dan Operational Excellence serta mencari terobosan-terobosan baru untuk meningkatkan produksi,” ujar Huddie.

Menghadapi tantangan tersebut, PHE OSES telah menyiapkan sejumlah rencana kerja untuk menahan laju penurunan alamiah di lapangan SES melalui komitmen tiga tahun, diantaranya adalah Studi Geology, Geophysics, Reservoir and Production (GGRP), studi Enhanced Oil Recovery (EOR), Seismik, workover dan well services, field reactivation, pemboran infill, serta perawatan, inspeksi dan sertifikasi kehandalan fasilitas.

Selain itu, sebagai bagian dari penandatanganan PSC-Gross Split, kontraktor mendapatkan bagian split sebesar 68,5 persen untuk produksi minyak dan 73,5 persen untuk produksi gas bumi.

Bagian split tersebut telah memperhitungkan base dan variable split berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 52 tahun 2017.

“Dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Pertamina, kami yakin mampu mengoperasikan WK SES untuk menjaga ketahanan energi nasional,” ujar Huddie.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya