BI Stabilkan Rupiah, Cadangan Devisa Turun Jadi USD 114,8 Miliar

BI catat cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2018 sebesar USD 114,8 miliar, atau lebih rendah dari Agustus sebesar USD 117,9 miliar

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 05 Okt 2018, 17:42 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2018, 17:42 WIB
Persiapan Uang Tunai Bi
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2018 sebesar USD 114,8 miliar, atau lebih rendah USD 3,1 miliar dibandingkan dengan USD 117,9 miliar pada akhir Agustus 2018. 

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Junanto Herdiawan, Jumat (5/10/2018).

Ia menuturkan, penurunan cadangan devisa pada September 2018 terutama dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. 

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif," kata dia.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

 

Posisi Rupiah

Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih berada di kisaran 15.100 menjelang akhir pekan ini. Sentimen eksternal masih pengaruhi laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah ke posisi 15.183 per dolar AS pada perdagangan Jumat pekan ini. Pada pembukaan, rupiah melemah 10 poin ke posisi 15.189 per dolar AS dari penutupan Kamis kemarin di posisi 15.179. Sepanjang Jumat pekan ini, rupiah bergerak di posisi 15.165-15.193 per dolar AS. Posisi rupiah pun sudah melemah 12,01 persen sepanjang tahun berjalan 2018.

Posisi rupiah di 15.194 per dolar AS pada Jumat pekan ini. Hal itu berdasarkan data Reuters. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah 49 poin ke posisi 15.182 per dolar AS pada Jumat 5 Oktober 2018 dari posisi 15.133 per dolar AS pada 4 Oktober 2018.

Mengutip laman Antara, kenaikan imbal hasil obligasi AS memicu pelemahan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Penguatan dolar AS berlanjut terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah dipicu kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun,” ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra,” ujar dia.

Ia mengatakan, imbal hasil dolar AS naik menjadi 3,2 persen yang didorong data ekonomi AS positif. Ini dipicu penambahan pekerjaan sektor swasta yang melampaui harapan.

Ia menambahkan, data pesanan pabrik AS juga naik 2,3 persen selama Agustus lalu. Angka ini lebihi perkiraan kenaikan 2,1 persen dan pesanan pada Juli turun 0,5 persen.

“Klaim tunjangan pengangguran di AS juga menurun selama pekan lalu menjadi 207.000,” ujar dia.

Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih menuturkan, hasil survei BI untuk keyakinan konsumen pada September menunjukkan perbaikan sehingga kondisi ekonomi umum cukup baik. BI mencatat indeks keyakinan konsumen naik menjadi 122,4 dari 121,6.

“Hasil survei itu tampaknya belum terlihat kekhawatiran konsumen terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Artinya konsumen masih relatif optimis terhadap kondisi ekonomi secara umum,” kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya