Produktivitas Pekerja RI Rendah, Investor Pilih Tanam Modal ke Vietnam

Perang dagang yang terjadi di dunia membawa berkah bagi negara-negara di kawasan ASEAN.

oleh Septian Deny diperbarui 23 Okt 2018, 14:30 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2018, 14:30 WIB
Pabrik Baru Milik Mitsubishi-Bekasi- Angga Yuniar-20170425
Suasana perakitan mobil di PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI), Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (25/4). Menempati luas area 30 hektar, pabrik MMKI telah mulai memproduksi Pajero Sport & small-MPV Mitsubishi.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Perang dagang yang terjadi di dunia membawa berkah bagi negara-negara di kawasan ASEAN. Namun sayangnya, dampak tersebut belum dirasakan Indonesia.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, dengan adanya perang dagang, banyak investasi dari negara-negara yang terlibat masuk ke kawasan ASEAN. Namun sayangnya investasi tersebut tidak masuk ke Indonesia.

"Karena dengan adanya trade war ini investasi bisa lebih masuk ke negara-negara ASEAN. Tapi kita lihat dari beberapa report ini masuknya ke Malaysia, Thailand, Vietnam. Yang masuk ke Indonesia masih belum. Kalau kita lihat foreign direct investment negara-negara itu melonjak cukup signifikan dalam akhir-akhir ini," ujar dia di Jakarta, Selasa (23/10/2018).

Dia menyatakan, enggannya investor asing masuk ke Indonesia salah satunya karena produktivitas pekerja lokal yang masih rendah. Dalam hal ini, Indonesia bahkan kalah dibandingkan dengan Vietnam.

"Kita di sekitar nomor 5 atau nomor 6, kita tertinggal dengan Vietnam. Mereka jam kerja lebih panjang, produktivitas lebih banyak. Sehingga kalau dilihat investasi dari korea masuknya ke Vietnam," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

PR Pemerintah

20160126-Produksi-Kijang-Inova-serta-Fortuner-Jakarta-IA
Pekerja menyelesaikan pembuatan mobil Kijang Innova pabrik Karawang 1 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jawa Barat, Selasa (26/1). Pabrik ini memproduksi Kijang Innova serta Fortuner mencapai 130.000 unit pertahun. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Oleh sebab itu, lanjut Rosan, yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah di sektor ketenagakerjaan saat ini yaitu bagaimana meningkatkan produktivitas tenaga kerja dalam negeri agar investor lebih tertarik menanamkan modalnya di Indonesia.

‎"Ini jadi PR kita. Produktivitas kita dibanding negara-negara ASEAN masih tertinggal. Jadi kita jangan hanya bicara bagaimana kenaikan cost tetapi buat kita kalau cost naik tapi produktivitas naik that's oke," katanya.

"Upah para pekerja ini naik secara pasti, nah kita coba untuk tingkatkan produktivitas para pekerja kita jaga. Itu penting. Kalau tidak nanti kita akan mengalami kendala dalam meningkatkan investasi masuk ke Indonesia," lanjut dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya