Turis Buang Sampah Plastik Sembarangan, Siap-siap Kena Pungutan

Penanganan sampah plastik mendapatkan perhatian besar dari Pemerintah.

oleh Merdeka.com diperbarui 30 Nov 2018, 13:39 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2018, 13:39 WIB
Sampah Plastik
Seorang pria memancing di pantai Laut Tengah di Beirut, Lebanon di antara berbagai sampah plastik. (AP)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan mengenakan pungutan bagi wisatawan, baik asing maupun domestik yang membuang sampah plastik tidak pada tempatnya. Pengenaan pungutan ini diberlakukan untuk wilayah pariwisata.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, besaran pungutan akan dibedakan antara dua kelompok wisatawan tersebut.

"Kalau turis asing sekitar USD 10. Kalau lokal mungkin USD 1. Tapi dimasukkan dalam tiket atau di hotel dia menginap. Sehingga nanti bisa dikelola oleh Pemda dengan benar," kata dia, di Kantornya, Jakarta, Jumat (30/11/2018).

Dia menegaskan bahwa penanganan sampah plastik mendapatkan perhatian besar dari Pemerintah. Sebab telah ditemukan kasus-kasus rusaknya keanekaragaman hayati akibat sampah plastik.

"Sampah plastik ini saya serius. Kemarin Pulau Pari di Kepulauan Seribu, ikan, penyu mati karena limbah di sana," tegasnya.

Dana hasil pungutan tersebut, kata dia, akan digunakan kembali untuk pembersihan lingkungan di lokasi pariwisata.

"Uang itu akan kita gunakan untuk pembersihan. Sehingga dengan Perpres waste to energy dan ini, maka akan ada perubahan besar ke depan dalam penanganan sampah," tandas Luhut.

Sampah Plastik Ditemukan pada Mulut Penyu Mati di Pulau Pari

Giat Bersih Pantai di Labuan Bajo, Satu Ton Sampah Plastik Berhasil Terkumpul
Doc: Humas KKP

Tiga penyu ditemukan mati mengambang di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Penyu-penyu itu mati akibat sampah plastik dan minyak mentah yang mencemari laut.

"Memang benar pada 27 November 2018 ditemukan tiga  penyu mati. Tapi kondisinya sudah membusuk, jadi tidak dievakuasi ke darat. Sudah tertutup lendir, di mulutnya sudah ada plastik begitu juga dengan sela-sela kaki depannya," ujar Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, Ida Harwati di Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Ida menjelaskan, kematian penyu jenis sisik itu belum bisa dipastikan karena tidak dilakukan pembedahan. Namun pihaknya yakin penyu mati akibat sampah plastik dan tumpahan minyak yang berada di sekelilingnya.

Menurut Ida, pihaknya tidak pernah menerima laporan penyu mati dari Januari hingga November 2018. "Kami baru dapat infonya baru Selasa ini, mungkin matinya dari kemarin karena saat ditemukan kondisinya sudah membusuk, dua hari mungkin," kata dia seperti dilansir Antara.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya