Perkembangan Teknologi Diyakini Tak Gerus Pekerja Manusia

Perkembangan teknologi yang diiringi makin spesifiknya posisi yang dibutuhkan dunia kerja mengharuskan pencari kerja untuk terus meningkatkan kemampuan.

oleh Merdeka.com diperbarui 13 Des 2018, 14:14 WIB
Diterbitkan 13 Des 2018, 14:14 WIB
Mengunjungi Laboratorium Pembuatan Robot Konstruksi di Tokyo
Proses pembuatan Robo-Buddy di laboratorium robot perusahaan konstruksi di Tokyo, Jepang, Senin (23/4). Robo-Buddy dibuat untuk menangani pekerjaan konstruksi untuk langit-langit dan lantai. (AP Photo/Koji Sasahara)

Liputan6.com, Jakarta Country Manager, situs penyedia lowongan kerja JobStreet.com, Faridah Lim mengatakan perkembangan teknologi robotik dalam dunia industri belum memberikan dampak signifikan menggerus tenaga kerja manusia.

"Teknologi robotik kalau saya lihat belum secara signifikan memberi impact. Sisi perusahaan apa akan mengurangi (tenaga kerja manusia). Tidak akan secara signifikan pengurangan tenaga kerja. Tetap butuh orang untuk mengoperasikan," kata dia, di Jakarta, Kamis (13/12/2018).

 

Dia mengatakan perkembangan teknologi, merambahnya era digital menciptakan lebih banyak posisi dan lowongan pekerjaan.

"Dengan teknologi ini, bidang spesialisasi itu semakin banyak posisi makin aneh-aneh itu efek dari perkembangan teknologi itu. Lowongan semakin banyak dan semakin variatif," jelas dia.

Namun, hal tersebut bukannya tanpa tantangan. Perkembangan teknologi yang diiringi makin spesifiknya posisi yang dibutuhkan dunia kerja mengharuskan pencari kerja untuk terus meningkatkan kemampuannya agar bisa bersaing dengan yang lain.

"Terjadi pergeseran tren. Misalnya posisi marketing, dari dulu dia hanya bikin event, sekarang promosi digital bukan lagi lewat brosur. Pergeseran skill," ungkap Faridah.

"Pencari kerja harus semakin kompetitif. Harus semakin mampu meningkatkan skillnya. Banyak yang tidak upgrade diri, wah kerja di sini enak, di situ enak. Perusahaan dengan nama-nama besar menjadi daya tarik, tapi juga mencari orang yang memenuhi (kriteria perusahaan)," tandas dia.

Tonton Video Ini:

Menko Darmin: 58 Persen Angkatan Kerja di Indonesia Lulusan SMP

20150910-Darmin Nasution
Menko Perekonomian Darmian Nasution saat mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap pertama di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (9/9/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengakui kondisi tenaga kerja di Indonesia saat ini masih belum optimal. Sebab, dari jumlah angkatan kerja yang ada, tercatat sebanyak 58 persen pendidikannya hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP).

"Jadi memang rendah sekali. Separuh itu ya Sekolah Dasar (SD) ke bawah. Bagaimana mau bersaing?" kata Darmin saat kunjungan kerja di SMKN 4 Malang, Jawa Timur, Kamis (13/12/2018).

Dengan begitu, kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) perlu didorong dan ditingkatkan dengan pendidikan vokasi. Di mana, pemerintah sendiri tengah mlakukan kerjasama untuk revitalisasi Sekolah SMK melalui Pemerintah Pusat dan Daerah.

"Oleh karena itu harus ada loncatan jalan pintas apa? itu ya pendidikan dan pelatihan vokasi," imbuhnya.

Sebelumnya, Darmin mengatakan, pemerintah saat ini tengah menggodok SMK-SMK di provinsi yang memiliki kualifikasi dalam menerapkan vokasi. SMK tersebut nantinya akan menjadi prioritas di provinsi tersebut.

"Jadi kita, satu sedang menyiapkan roadmap. Kedua kita perlu memulai dengan beberapa provinsi supaya ada SMK vokasi yang di anggap prioritas di setiap daerahnya. Masing-masing daerah bisa beda ya kan," jelasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya