Ambruknya Toko Ritel Bukan karena Serbuan E-Commerce

Arus penutupan usaha dalam industri retail ini bakal terus berlanjut pada 2019, selama konsumsi rumah tangga dan daya beli melemah.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 15 Jan 2019, 19:47 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2019, 19:47 WIB
(Foto: Liputan6.com/Septian Deny)
Central Department Store (Foto:Liputan6.com/Septian Deny)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku industri e-commerce belum banyak menyentuh pasar ritel. Oleh karena itu ambruknya toko-toko retail saat ini bukan karena serbuan dari bisnis e-commerce. 

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef)  Bhima Yudhistira Adinegara menyebutkan, sektor bisnis retail kini memang terus mengalami kemunduran. Dia menghitung, sejauh ini ada sekitar 5 retailer yang telah memberhentikan kegiatan usaha di Indonesia.

"Ada 7-Eleven (Sevel), Matahari Pasaraya Blok M dan Manggarai, Lotus, Debenhams, dan GAP. Sementara yang mengurangi gerai ada Hero Group dan MAP," papar dia kepada Liputan6.com, Selasa (15/1/2019).

Arus penutupan usaha dalam industri ritel ini bakal terus berlanjut pada 2019, selama konsumsi rumah tangga dan daya beli melemah.

"Akan berlanjut gelombang penutupan retail selama konsumsi rumah tangga dan daya beli melemah. Kondisi makro ini mulai pulih tapi sangat lambat," terangnya.

Di sisi lain, Bhima tak sepakat bila kendurnya sektor retail ini dikarenakan masyarakat telah beralih pijakan ke perdagangan online. Sebab, sambungnya, masih sedikit sekali pelaku industri ritel yang memperdagangkan barangnya di pasar online.

"Kalau ada yang bilang karena shifting ke e-commerce itu tidak pas. Porsi e-commerce baru kecil, sekitar 1-2 persen dari total ritel," tegasnya.

"Barang yang dijual di e-commerce 70 persen lebih adalah fashion. Sementara yang dijual di supermarket adalah Fast Moving Consumer Good (FMCG). Jadi market-nya pun berbeda," dia menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tutup Gerai, Central Neo Soho Gelar Diskon hingga 90 Persen

20160602- Ilustrasi Tutup
Ilustrasi

Perusahaan ritel asal Thailand, Central Department Store ‎memutuskan menutup gerainya di Neo Soho, Jakarta. Sebelum menutup gerainya, Central Department Store menggelar diskon besar-besaran hingga 90 persen.

Public Relations Department Manager PT Central Retail Indonesia, Dimas Wisnu Wardana mengatakan, membenarkan soal penutupan gerai tersebut. Penutupan tersebut berlaku mulai 18 Februari 2019.

"Benar kami akan berhenti beroperasi. Untuk Central Neo Soho akan resmi berhenti beroperasi setelah periode closing down sale tersebut mas yaitu 18 Februari 2019‎," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (14/1/2019). 

Sementara untuk diskon besar-besaran, akan berlangsung pada 14 Januari hingga 17 Februari 2019, atau sekitar satu bulan penuh.

‎"Rangkaian sebelum berhenti beroperasi, kami awali dengan closing down sales up to 90 persen mulai dari 14 Januari-17 Februari 2019," kata dia.

Dengan penutupan ini, lanjut Dimas, Central Department Store hanya menyisakan satu gerai, yaitu yang berlokasi di Grand Indonesia.

"‎Untuk saat ini gerai kami hanya 1 mas yaitu flagship store kami di Central Grand Indonesia. Central Grand Indonesia akan tetap beroperasi," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya