Menteri Basuki Minta Warga Tak Buang Sampah di Sungai dan Bendungan

Menteri Basuki menyaksikan masih banyak sampah yang masuk ke badan sungai dan menumpuk di Bendung Copong.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 21 Jan 2019, 09:31 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2019, 09:31 WIB
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat meninjau Bendungan Copong, Garut. (Dok Kementerian PUPR)
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat meninjau Bendungan Copong, Garut. (Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan jaringan irigasi baru seluas 1 juta hektare dan merehabilitasi sekitar 3 juta hektare pada periode 2015-2019.

"Pembangunan bendungan akan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasi. Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata dimana air akan mengalir sampai ke sawah petani," jelas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat meninjau Bendung Copong, Garut, dikutip Senin (21/1/2019).

Dalam peninjauan tersebut, Menteri Basuki menyaksikan masih banyak sampah yang masuk ke badan sungai dan menumpuk di Bendung Copong. Oleh karenanya, ia mengimbau agar masyarakat terus meningkatkan budaya buang sampah pada tempatnya, tidak ke sungai.

Bendungan Copong sendiri merupakan bagian dari Daerah Irigasi (DI) Leuwigoong yang tengah ditangani oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, Ditjen Sumber Daya Air dengan luas 5.313 hektar yang berada di 11 Kecamatan di Kabupaten Garut.

Pengembangan DI Leuwigoong dilakukan karena terjadi kerusakan saluran yang mengakibatkan tingginya kehilangan air, pendangkalan pada saluran irigasi, dan kerusakan pada bangunan-bangunan air serta beberapa pintu yang tidak dapat dioperasikan.

Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung Happy Mulya mengatakan, rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi DI Leuwigoong dilakukan secara bertahap. Pada 2010-2014, dilakukan pembangunan Bendungan Copong yang berfungsi untuk menaikkan dan mempertahankan tinggi muka air Sungai Cimanuk, sehingga bisa dialirkan ke saluran irigasi hingga musim kemarau. Biaya pembangunannya sebesar Rp 136,3 miliar.

Dilanjutkan periode 2013-2018 dengan pembangunan saluran primer sepanjang 15 Km dan rehabilitasi/peningkatan saluran primer sepanjang 3 km. Kemudian pembangunan irigasi sekunder baru sepanjang 30 km dan rehabilitasi/peningkatan 69,5 km.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Dongkrak Indeks Pertanaman Petani

Bendungan Copong, Garut. (Dok Kementerian PUPR)
Bendungan Copong, Garut. (Dok Kementerian PUPR)

Selain itu juga dibangun 518 bangunan irigasi baru dan rehabilitasi/peningkatan 176 bangunan. Total biaya pembangunan sebesar Rp 495 miliar.

"Kami akan melanjutkan pembangunan saluran tersiernya yang ditargetkan selesai dalam 2 tahun (2019-2020). Tahun 2019 sudah dianggarkan dana sebesar Rp 13 miliar dari kebutuhan seluruhnya sebesar Rp 77 miliar," papar Happy.

"Dengan adanya jaringan irigasi yang handal dapat meningkatkan indeks pertanaman petani dari 176 persen sekarang, menjadi 250 persen. Artinya bisa tanam padi 2 kali dan 1 kali palawija," dia menambahkan.

Daerah Irigasi Leuwigoong seluas 5.313 ha terdiri dari 11 irigasi teknis yakni Ciojar seluas 73 ha, Cibuyutan Utara 531 ha, Situ Bagendit 409 ha, Citikey 528 ha, Cermot 107 ha, Citameng II 82 ha, Citameng III 91 ha, Citameng IV 498 ha, Cipacing 593 ha, Cibuyut 89 ha, Situhiang 70 ha, dan sisanya sawah tadah hujan seluas 2.242 ha.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya