Google Bawa Srijayanasa Dance School ke Panggung Dunia

Dulu, penari Srijayanasa Dance School sempat mengamen. Sekarang pemasukan mereka meningkat 200 persen dan diundang ke acara internasional berkat Google Bisnisku.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 23 Jan 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2019, 13:00 WIB
Para penari Srijayanasa Dance School di Palembang.
Para penari Srijayanasa Dance School di Palembang. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Liputan6.com, Palembang - "Tari adalah napas saya. Jadi kalau saya enggak menari, saya enggak bernapas," ucap Surtia Ningsih, pemimpin Srijayanasa Dance School di Palembang. Surtia adalah lulusan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), murid dari Didik Nini Thowok, serta pemimpin Srijayanasa Dance School yang berdiri pada 15 Juli 2016.

Di hadapan tim Google yang berkunjung ke Srijayanasa bercerita membangun sekolah ini sebagai bentuk kepeduliannya untuk memproteksi budaya lokal di tengah era globalisasi. Upaya pun dilakukannya agar masyarakat sadar pada value dari tarian lokal.

Surtia turut berkisah perjuangan Srijayanasa, mulai ketika harus mengamen dan berjualan, lalu tampil untuk perusahaan BUMN, dan mendapat undangan ke berbagai negara berkat fitur Google Bisnisku atau Google My Business (GMB). 

"Google My Business (GMB) itu kalau menurut saya seperti toko di media sosial. Jadi kita ada kegiatan kita, riwayat kita, ada jam kita buka, dan itu juga ada ketika orang mencari di Google Map," ujar sang penari ke Liputan6.com, Selasa (22/1/2018) di Palembang.

Para penari Srijayanasa Dance School unjuk keahlian kepada tim Google. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Ia mengungkapkan, sejak setahun memakai Google Bisnisku, pemasukan sekolah tarinya melesat hingga 200 persen. Popularitas sekolah tarinya di internet juga dapat ia pantau. Orang-orang pun menjadi lebih mudah mencari informasi mengenai Srijayanasa, serta memudahkan pihak sekolah mencari murid baru.

"Undangannya kemarin itu dari PT Bukit Asam, itu kita dengan Rossa, kemudian di rekor MURI kita bawa Medley Nusantara. Kita kolaborasi dengan Lippo Group, Icon Mall, kolaborasi Asian Games, itu banyak banget. Tiap hari kita pentas, pagi ,sore, pagi, sore, setiap hari selama 30 hari," ujar Surtia yang merupakan keturunan Jawa dan tumbuh besar di Palembang.

Para penari Srijayanasa Dance School bersama Jason Tedjasukmana dari Google Indonesia. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Sejak bergabung ke GMB, Srijayanasa sudah diundang ke Praha, dan tahun ini jadwalnya mereka akan pergi ke Maroko pada 26 Maret, lalu menikmati musim semi Spanyol pada 1 April, dan berlanjut ke Turki pada bulan Juli. Tentunya, dance troupe ini telah berkeliling Indonesia.

"Dia (panitia festival tari internasional) melihatnya itu di mesin pencarian Google, jadi kan langsung dicari Srijayanasa Dance School, langsung. Kalau misalnya tidak terdaftar, mereka kira ini abal-abal, seperti itu," jelas Surtia.

Sempat Mengamen untuk Mencari Biaya

Para penari junior di Srijayanasa Dance School sedang berlatih.
Para penari junior di Srijayanasa Dance School sedang berlatih. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Sewaktu memberi presentasi di depan Google, gaya bicara Surtia yang riang terdengar parau ketika mengingat awal terbentuknya sekolah tari ini. Pernah ia sampai mengamen karena mencari biaya demi bisa tampil di Jepang. 

Surtia mulai kembali tertawa saat Liputan6.com mengajaknya kembali menceritakan pengalaman itu. "Jadi ceritanya kita kurang duit tahun 2017, jadi gimana caranya kita ada duit, kita ngamen, kita jualan, kita pokoknya gimana caranya ada duit.

"Akhirnya, di hari-hari terakhir, kita dibantu oleh Kementerian Pariwisata. Jadi sudah perjuangan sedemikian rupa, ternyata Tuhan sangat baik kepada kita," kenang dia. 

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Srijayanasa Dance School (@srijayanasa_dance_school) on

Para orang tua murid pun senang melihat kolaborasi antara Google dan Srijayanasa. Meery (61) berharap agar anaknya, Putri, dapat meningkatkan kemampuan dirinya lewat sekolah ini. "Harapannya ke depan biar Putri bisa mandiri, biar bisa ikut kolaborasi juga sama mereka, biar bisa ke depannya bisa lebih baik lagi," ujarnya. 

Wiwin (35) yang aslinya berasal dari Kebumen juga tampak senang pada kunjungan Google ke sekolah ini. "Yang pasti senang, jadinya biar anaknya bisa lebih berkembang, agar Srijayanasa lebih dikenal orang, lebih maju ke depannya," ucapnya.

Pemimpin Srijayasana Dance School, Surtia Ningsih, memberi presentasi bagi Google. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Surtia sudah mulai menari sejak usianya 6 tahun. Ia bukan berasal dari keluarga seniman. Kakeknya merupakan penari, namun pekerjaannya adalah pegawai BUMN.

Dalam membekali para muridnya, ia juga memberikan kelas kepribadian agar para penari memiliki bekal etika, bahasa, dan sikap sebagai delegasi Indonesia. Kesibukan lain Surtia ialah mendapat undangan mengajar dari universitas.

Sejauh ini, ada 300 murid di Srijayanasa. Yang termuda berusia 3 tahun, dan kelas dibagi berdasarkan kategori umur. Namun, Surtia tidak memberikan batasan usia bagi siapa pun para pecinta seni tari yang berminat bergabung. 

"Masuk minimal umur 3 tahun. Maksimal ya terserah, yang penting semangat sama niat di sini, semua kita terima," jelas Surtia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya