Rupiah Merosot Imbas Kebijakan Bank Sentral Eropa

Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) usai libur Nyepi.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Mar 2019, 13:01 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2019, 13:01 WIB
Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller menunjukkan uang dolar dan rupiah di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) usai libur Nyepi. Hal tersebut didorong penguatan dolar AS usai longgarnya kebijakan bank sentral Eropa.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah melemah 94 poin atau 0,66 persen ke posisi 14.223 per dolar AS dari periode sama tahun sebelumnya 14.129 per dolar AS pada 6 Maret 2019.

Sementara itu, data Bloomberg menunjukkan rupiah merosot 82 poin atau 0,57 persen ke posisi 14.224 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya 14.142 per dolar AS.

Pada Jumat siang ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di posisi 14.279. Sepanjang Jumat pekan ini, rupiah bergerak di posisi 14.220-14.279 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, dolar AS lanjutkan penguatan dan euro melemah setelah rapat bank sentral Eropa (ECB) yang hasilnya kurang agresif.

Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi merevisi pertumbuhan ekonomi jadi 1,1 persen. Selain itu, suku bunga bank sentral Eropa akan bertahan. Ditambah pertumbuhan ekonomi global melambat.

"Dolar AS lanjutkan penguatan, euro tertekan, sehingga dipengaruhi oleh rapat bank sentral Eropa yang dovish," ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (8/3/2019).

Selain itu, China merilis data neraca perdagangan yang cetak surplus. Akan tetapi, surplus neraca perdagangan China menyusut. “Ekspor China turun sekitar 20 persen pada Februari dan pengaruhi mata uang Asia,” kata dia.

Sedangkan dari sentimen domestik belum mampu angkat nilai tukar rupiah. Bank Indonesia (BI) baru merilis cadangan devisa Februari yang naik USD 3,2 miliar menjadi USD 123,3 miliar. “Sentimen domestik belum offside eksternal pasca rapat bank sentral Eropa dan data China,” ujar dia.

Josua perkirakan, rupiah bergerak di posisi 14.200-14.300 per dolar AS. Pelaku pasar juga masih menunggu rilis data tenaga kerja dan pengangguran AS.

 

Cadangan Devisa pada Februari 2019

IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

SebelumnyaBank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Indonesia naik USD 3,2 miliar dari posisi USD 120,1 miliar pada akhir Januari 2019 menjadi USD 123,3 miliar pada akhir Februari 2019.

Posisi cadangan devisa itu setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan.

“Peningkatan cadangan devisa pada Februari 2019 terutama dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah, penerimaan devisa migas, dan penerimaan valas lainnya,” ujar Direktur Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan, dalam laman BI, Jumat 8 Maret 2019.

Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang tetap baik, serta kinerja ekspor yang tetap positif.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya