Liputan6.com, Jakarta Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah, mengatakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih berpotensi menguat. Hal ini karena tekanan yang terjadi sepanjang 2018 mulai mereda.
"Kecenderungannya bisa menguat karena faktor 2018 yang timbulkan tekanan sekarang sudah mereda," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/3/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Masalah sengketa dagang, kenaikan suku bunga fed tinggal brexit yang belum selesai. Lalu beberapa hal yang terkait geopolitik risk juga tidak sebesar dulu," sambungnya.
Nanang mengatakan, selain karena tekanan global yang mulai mereda, nilai tukar Rupiah saat ini juga masih terlalu murah atau undervalue. "Jadi hemat saya kecenderungannya masih ada ruang untuk menguat, sebab Rupiah masih undervalue," jelasnya.
Meski demikian, kata Nanang, pasar saat ini masih terus memantau hasil perundingan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang sebenarnya sudah memberi sinyal positif.
"Pasar sedang menunggu hasil negosiasi pembicaraan perdagangan AS dan China yang memang sebetulnya sudah memberikan arah positif. Kalau dari sisi sentimen global sudah bagus dan The Fed berikan signal lebih dovish cuma memang kan di kita ada kebutuhan impor," tandasnya.
Reporter: Anggun P. Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Ekspektasi Kesepakatan Perang Dagang Tekan Rupiah Hari Ini
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Selasa ini. Dolar AS menguat didorong oleh ekspektasi investor bahwa akan tercipta kesepakatan perang dagang.
Mengutip Bloomberg, Selasa (5/3/2019), rupiah dibuka di angka 14.137 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.130 per dolar AS. Menuju siang, rupiah terus melemah ke 14.154 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.136 per dolar AS hingga 14.154 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 1,74 persen.
Baca Juga
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.146 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.149 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, dolar AS diperkirakan menguat didorong oleh ekspektasi investor bahwa akan tercipta kesepakatan dalam penyelesaian perang dagang antara AS dan China.
"Dengan ekspektasi investor yang lebih positif terhadap hasil perundingan perdagangan, diperkirakan investor akan akan lebih berani berinvestasi di pasar modal AS sehingga mendorong kembalinya arus modal ke AS," ujar Ahmad.
Ahmad memprediksi nilai tukar rupiah akan mengalami pelemahan seiring menguatnya dolar AS tersebut.
"Rupiah kemungkinan melemah ke level 14.150 per dolar AS hingga 14.190 per dolar AS," katanya.
Advertisement