Liputan6.com, Jakarta - Sriwijaya Air menyatakan keberatan terkait rencana pemerintah kembali menurunkan harga tiket pesawat.
Vice President Corporate Secretary Sriwijaya Air, Retri Maya menyatakan, hingga saat ini kondisi keuangan Sriwijaya Air Group dinilai masih belum sehat. Hal tersebut diyakini karena tingginya biaya operasional dalam bisnis penerbangan saat ini.
"Kerja sama Operasi atau management dengan Garuda Indonesia Group menjadi poin penting untuk melakukan negosiasi dan re-strukturisasi kewajiban Sriwijaya Air Group pada pihak BUMN. Namun demikian hal ini tentu juga masih membutuhkan bantuan dari yang lainnya termasuk para pengelola bandara," terang Maya, Kamis (28/3/2019).
Advertisement
"Apalagi pemerintah berencana akan menurunkan harga tiket kembali. Hal tersebut tentu akan semakin menyulitkan kami," ia menambahkan.
Baca Juga
Soal kondisi keuangan Sriwijaya Air yang kurang sehat ini, PT Angkasa Pura II (Persero) cabang Bandara Internasional Soekarno-Hatta terpaksa membatasi pelayanan Sriwijaya Air.
Hal ini karena ada tunggakan kewajiban yang belum dibayarkan Sriwijaya Air kepada AP II. Sehubungan pemadaman listrik yang dilakukan oleh pengelola bandara di wilayah Terminal II Bandara Soekarno Hatta di Tangerang, Sriwijaya Air menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang dialami oleh seluruh pelanggannya.
Maya menjelaskan, pemadaman ini diduga terkait ada kewajiban Sriwijaya Air kepada Angkasa Pura II selaku pengelola bandara.
"Sriwijaya Air Group memang memiliki kewajiban kepada AP II. Dan hingga saat ini kami sedang berupaya keras memperbaiki keuangan perusahaan serta dapat memenuhi seluruh kewajibannya," kata Maya.
Namun, Direktur Utama PT Sriwijaya Air, Joseph Saul menyebutkan, konter pelayanan check in perseroan di Terminal 2F Bandara Soekarno Hatta (Soetta) sudah kembali menyala.
Sebelumnya, Rabu 27 Maret 2019, pukul 18.45 WIB , dia mengungkapkan, konter satu deret Sriwijaya mati disebabkan belum membayar sejumlah tunggakan dengan PT Angkasa Pura (AP) II. Proses check-in pun dilakukan secara manual.
"Dan kami melakukan check in system dengan manual. Kami cukup kesulitan," ucapnya saat dihubungi Liputan6.com, Kamis 28 Maret 2019.
Kendati begitu, pihaknya menuturkan, kini sederet konter Sriwijaya sudah kembali menyala. "Bukan satu konter yang mati, tapi satu deret di terminal 2F. Namun kami sudah dibantu sama kepala otoritas bandara. Sudah nyala kembali, karena menyangkut pelayanan kepada masyarakat," ujar dia.
Pemerintah Ultimatum Maskapai Segera Turunkan Harga Tiket Pesawat
Sebelumnya, Pemerintah menyoroti masih mahalnya harga tiket pesawat. Padahal saat ini PT Pertamina (Persero) sudah menurunkan harga avtur yang diharapkan akan diikuti maskapai untuk menurunkan tarif tiket pesawatnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengaku menyayangkan maskapai penerbangan yang tak kunjung menurunkan harga tiket pesawat.
"Masalah tiket menimbulkan banyak persepsi di masyarakat dan dapat menimbulkan kegaduhan persepsi," kata Luhut seperti dikutip Rabu 27 Maret 2019.
Pernyataan Luhut ini terungkap dari notulen rapat antara Luhut dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, pada Senin 25 Maret 2019.
Luhut mengaku jika telah memerintahkan, Garuda Indonesia sebagai pemimpin maskapai penerbangan nasional untuk segera menurunkan harga tiket pesawat semua rute secepat mungkin. Bahkan tenggat waktu yang diberikan per awal April 2019.
"Garuda Indonesia sebagai leading nasional airlines harus segera menurunkan harga tiket dan itu merupakan perintah," tegas dia.
Sementara Menhub Budi Karya mengakui, harga tiket pesawat masih mahal. Semua pemerintah daerah pun telah meminta penurunan harga tiket pesawat. "Semua daerah telah meminta untuk penurunan harga tiket," tutur dia.
Penurunan tarif tiket pesawat tak kunjung terjadi, meski harga avtur sudah turun dan beberapa maskapai telah mendapat keistimewaan untuk pembelian avtur, dengan pola pembayaran khusus.
Budi pun merasa ada kebablasan kebijakan yang dilakukan operator maskapai penerbangan, sebab tidak mengindahkan permintaan untuk menurunkan harga tiket pesawat, sehingga menimbulkan masalah yang tidak pernah selesai.
Menurut Budi, harga tiket pesawat yang masih mahal, berdampak negatif pada industri pariwisata, serta sektor terkait didalamnya.
"Khususnya Garuda Indonesia yang merupakan airlines plat merah yang merupakan leading nasional airlines," tutur dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement