Kepercayaan Investor ke Pemerintah Membaik

Dalam hal kepastian hukum dan rasa keadilan dinilai investor masih menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi pemerintah Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Apr 2019, 15:45 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2019, 15:45 WIB
20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Katadata Insight Center (KCI) merilis Indeks Kepercayaan Investor terhadap Pemerintah (IKIP) di Kuartal I 2019. Dari hasil survei yang dilakukan terhadap 255 investor yang mengelola dana lebih dari Rp 700 triliun, menunjukan bahwa investor menyakini kinerja pemerintah pada Kuartal I 2019 menunjukan perbaikan dibandingkan Kuartal IV 2018 lalu.

Panel Ahli Katadata Insight Center, Wahyu Prasetyawan mengatakan, posisi indeks keperayaan investor pada kuartal pertama berada di level 172,1. Angka ini meningkat dibandingkan kuartal IV 2018 yang berada di level 156,2.

"Angka di atas 100 persen menggambarkan mayoritas investor di pasar finansial memberikan penilaian yang baik terhadap kinerja pemerintah saat ini," katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (11/4/2019).

Wahyu menjelaskan, untuk mengukur penilaian investor terhadap kinerja pemerintah pihaknya menggunakan 5 komponen. Yaitu pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, suasana aman dan tenteram, stabilitas harga barang dan jasa, penyediaan infrastuktur, serta kepastian hukum dan keadilan.

Hasilnya, dari kelima komponen penyusunan IKIP mengalami kenaikan dan berada di level yang relatif tinggi. "Semua kenaikan itu terjadi untuk semua komponen pembentuk indeks. Kenaikannya jadi rata gitu tidak ada yang paling tinggi, khususnya dalam menyediakan infrastruktur," imbuhnya.

Parameter ini bisa dilihat dari komponen indeks menyangkut penyediaan dan perawatan infrastuktur yang meningkat menjadi 184,7 dari 173,8. Selain infrastruktur, kemampuan pemerintah yang lebih baik dalam menciptakan suasana aman dan tenteram juga mendapatkan apresiasi dari investor.

"Itu tercermin dari peningkatan kompenan indeks mengenai penciptaan suasana aman dan tenteram yang meningkat menjadi 182,7 dari sebelumnya 166,9," katanya.

Meski demikian, dalam hal kepastian hukum dan rasa keadilan dinilai investor masih menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi pemerintah Indonesia saat ini. Di antara 5 komponen IKIP, investor memberi nilai terendah bagi pemerintah pada sektor tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Indikator Makro Ekonomi

BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,4 Persen di 2019
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Kondisi ekonomi Indonesia dinilai relatif baik dari negara-negara besar lain di Asean. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Panel Ahli Katadata Insight Center lainnya Damhuri Nasution, menambahkan bahwa kenaikan kepercayaan investor terhadap kinerja pemerintah tersebut sejalan dengan penilaian positif investor terhadap sejumlah indikator makro ekonomi. Penilaian positif investor tersebut terlihat dari kinerja pemerintah dalam mengendalikan laju inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

“Sebanyak 62 persen investor memandang pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin membaik pada triwulan pertama 2019,” ujar Damhuri.

Selain itu, laju inflasi dinilai sedang oleh 48 persen investor dan 42 persen investor lain malah menganggap laju inflasi saat ini cukup rendah. Dari sisi suku bunga, menurut Damhuri, separuh investor sepakat suku bunga Indonesia saat ini berada pada kondisi sedang, tidak terlalu rendah tetapi juga tidak tinggi.

Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika saat ini pun sudah sesuai dengan nilai fundamental menurut 45 persen investor.

“Angka ini 12 persen lebih besar dibanding kuartal sebelumnya.” pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

OJK Sebut Pertumbuhan Ekonomi Pengaruhi Tingkat Kepercayaan Investor

Prediksi BI Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Depan
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Pemerintah menargetkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 5,3 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen menyebut jika pertumbuhan ekonomi saat ini mempengaruhi tingkat kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di pasar saham. Dengan tingkat pertumbuhan yang baik, secara otomatis pasar akan mempercayai kondisi dalam negeri.

"Pertumbuhan ekonomi sangat mempengaruhi dari kemampuan investor domestik untuk terus (masuk). Termasuk juga adanya perusahan-perusahaan baru emiten yang akan menjadi emiten di pasar modal," kata Hoesen di Jakarta, pada Senin 18 Februari 2019.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 mencapai 5,17 persen. Angka ini juga menjadi salah satu capaian tertinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2014.

"Karena kalau analis-analis selalu bilang pertumbuhan pasar pasar modal parameternya dua. Hal pertama pertumbuhan ekonomi makronya dan pertumbuhan nett income dari emiten itu pasti akan bisa tembuh," pungkas dia.

Sebelumnya, Ketua Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan setidaknya ada 5 kebijakan strategis OJK untuk menyokong dan mengakselerasi pertumbuhan industri keuangan di Indonesia. Lima langkah ini dilakukan guna memitigasi risiko keuangan yang diperkirakan terjadi di tahun ini.

"Di tengah volatilitas global dan domestik, kita patut bersyukur karena stabilitas perekonomian kita masih terjaga, inflasi tetap terjaga, begitu juga dengan kinerja perekonomian. Untuk itu kami masih punya PR besar untuk lakukan reformasi struktural di tahun ini," ujarnya di Pertemuan Industri Jasa Keuangan 2019 di Pacific Place

Dia memprediksi, tekanan global di tahun ini tidak akan setajam 2018. Oleh karena itu, menurutnya, investor akan senantiasa optimistis untuk menanamkan modalnya ke dalam negeri.

"Ke depan, memang ada yang harus tetap diperhatikan bahwa keuangan global sepenuhnya belum bisa kembali normal seperti volatilitas suku bunga The Fed. Namun kami perkirakan tekanan global akan tetap mild (moderat) dibanding 2018," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya